Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Marriage Detox, Saat Pernikahan Anda Penuh Racun

23 November 2023   07:15 Diperbarui: 23 November 2023   07:25 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: dokumen pribadi, by Canva

"Commit to creating an emotionally secure marriage where it feels like the safest place in the world, where a husband and wife are entirely free to open up and be known at the deepest and most intimate level without the fear of being blamed, criticized, judged or condemned" (Rodney Gage, 2020).

Rodney Gage dalam tulisannya "Family Shift: Marriage Detox" (2020) menyatakan, ada banyak racun dalam pernikahan yang harus dihindari dan dinetralkan. Salah satunya adalah "toxic emotions".

Sikap tidak mau memaafkan pasangan, kemarahan dan kekhawatiran berlebihan, sikap membandingan pasangan dengan orang lain, adalah contoh racun-racun emosional yang banyak dijumpai dalam kehidupan pernikahan. Jika dibiarkan menumpuk, racun-racun tersebut bisa merusak keutuhan keluarga.

* Sikap tidak mau memaafkan

Menyimpan dendam kepada pasangan, tidak bersedia memaafkan pasangan, adalah racun yang berbahaya dalam pernikahan. "It's like setting yourself on fire and hoping the other person dies from smoke inhalation. Seperti membakar diri sendiri dan berharap orang lain mati karena menghirup asapnya", ujar Gage.

Suami / istri yang lebih fokus pada kekurangan dan ketidaksempurnaan pasangan, atau membiarkan luka di masa lalu berubah menjadi kebencian, akan dengan cepat menjadi racun dalam pernikahan. Dendam hanya akan melahirkan penderitaan. Memaafkan akan melahirkan kekuatan.

* Kemarahan berlebihan

Marah adalah hal yang wajar dalam kehidupan. Namun ketika sudah berlebihan, pasti membahayakan. Dalam kehidupan pernikahan, menyimpan kemarahan --apalagi berlebihan, akan merusak keharmonisan.

Rasa sakit hati, perasaan terluka, merasa tidak dihargai, dapat menyebabkan suami / istri marah. Rodney Gage menggambarkan, beberapa orang menghadapi kemarahan seperti skunk (sigung). Kemarahan disemprotkan ke segala hal dan semua orang, dan itu menimbulkan bau busuk di seluruh rumah. Skunk atau sigung adalah hewan jenis mamalia yang suka menyemprotkan cairan dengan aroma yang kuat dan tidak sedap dari kelenjar duburnya.

Beberapa orang yang lain mengekspresikan marah seperti kura-kura. Mereka menyembunyikan dan menyimpan kemarahan di dalam cangkang. Kedua respons tersebut bisa berbahaya dan beracun bagi pernikahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun