Sebelum menikah engkau membayangkan sosok suami romantis, yang selalu bersikap mesra, dan memanjakan dirimu. Sebagai pecinta drama Korea, engkau mendambakan sosok suami romantis sebagaimana dalam cerita romansa.
Engkau terobsesi sikap Jin Ha-kyung yang jatuh cinta kepada Lee Si-woo dalam drama Forecasting Love and Weather. Engkau ingin mendapatkan adegan romansa layaknya kisah cinta Seo Joon Hyung dan Kim Na Eun dalam drama Welcome to Wedding Hell.
Ternyata suamimu tak memiliki bakat seperti bintang film Korea. Selain tidak (terlalu) tampan, pun tidak bisa berlaku romantis layaknya drama. Ujian cinta itupun tiba.
Engkau merasakan hampa. Mengharap perlakuan romantis dan mesra hanyalah impian belaka. Yang engkau jumpai hanya seorang lelaki dingin yang tak bisa berkata-kata.
Tak pernah ada bunga segar dan pesta lilin untuk merayakan cinta. Tak ada hang out berdua yang menghangatkan suasana. Engkau hanya di rumah saja dengan setumpuk cucian dan tugas di dapur yang tak ada habisnya.
Masih adakah cinta itu di hatimu, ketika engkau merasa tidak bahagia. Sementara di drama Korea, cinta sepenuh romansa selalu tampak nyata. Demikianlah, cinta sejati pasti diuji.
Rumus Pernikahan Bahagia
Seorang perempuan Indonesia yang menikah dengan lelaki Korea menuturkan kepada saya, bahwa pernikahan tidaklah seromantis drama Korea. Yess, memang kehidupan nyata tak akan bisa sama dengan gambaran dalam film dan sinetron negara mana saja.
Sesungguhnyalah pernikahan tidak bisa berjalan sempurna setiap harinya. Engkau bukan orang yang sempurna, pun demikian pasangan engkau. Ia tidak akan pernah sempurna.
Rumus pernikahan bahagia, bukanlah seorang lelaki sempurna menikah dengan seorang perempuan sempurna.Â
Pernikahan bahagia muncul dari lelaki yang biasa saja, menikah dengan perempuan yang biasa saja, kemudian mereka berdua bersedia berproses menuju kondisi yang lebih baik, bersama-sama.
Pada saat akan menikah, jangan berpikir untuk menunggu hadirnya sosok calon pasangan sempurna yang bisa membahagiakanmu sepanjang kehidupan berumah tangga. Orang seperti yang engkau bayangkan itu tidak ada. Ya benar, tidak ada.
Sosok sempurna itu hanya ada dalam novel cinta, telenovela, sinetron Indonesia serta drama Korea. Bahkan mungkin hanya ada dalam mimpi saja. Tak akan ada dalam dunia nyata.
Oleh karena pernikahan itu tidak pernah sempurna, maka engkau harus menyesuaikan ekspektasi. Pernikahan memerlukan kesungguhan dari dua pihak --suami dan istri, untuk melakukan dan memberikan hal terbaik untuk diri sendiri dan pasangan.
Jika ekspetasi tentang pernikahan terlalu tinggi, engkau akan cepat merasa sedih dan kecewa saat apa ekspektasi itu tidak terjadi. Engkau merasa hampa karena memiliki pasangan yang tak sesuai harapan.
Bukan berarti tidak boleh memiliki harapan, akan tetapi bersiaplah untuk menghadapi segala keadaan. Sediakan ruang yang cukup dalam dirimu untuk menerima segala yang tidak sesuai harapan. Miliki kemampuan untuk menampung berbagai hal yang tak diharapkan.
Bersedia menjadi diri sendiri, dan menikmati kebahagiaan bersama pasangan, apa adanya. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Dengan segala kekurangan dan kelebihanmu.
Bergandengan tangan di sepanjang perjalanan kehidupan pernikahan, saling menguatkan, saling menjaga, saling memberi, saling menasehati. Engkau hidup di alam nyata, bukan sedang bermain drama Korea.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H