Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Islamic Psychology, Upaya Keluar dari Pergumulan Sekularisasi Psikologi

12 November 2023   05:41 Diperbarui: 12 November 2023   05:42 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga akhirnya Rassool menyatakan adanya "definisi final" tentang psikologi Islami. Sebuah definisi yang dicetuskan dalam Islamic Psychology Curriculum Development, di Institut Psikologi Klinis dan Profesional / Pusat Psikologi Islami Rifah, Universitas Internasional Rifah Pakistan, Februari 2020.

"Psikologi Islami adalah studi jiwa, proses mental, dan perilaku menurut prinsip-prinsip psikologi dan ilmu Islam", demikian definisi final yang dimaksud Rassool tersebut. Dalam konseptualisasi psikologi Islami, aspek-aspek jiwa serta kognitif, afektif dan perilaku dipelajari dalam paradigma berbasis bukti --sesuai dengan kepercayaan dan praktik Islam, serta ilmu-ilmu Islam.

Menurut Rassool, dalam psikologi Islami, dimensi spiritual manusia telah dijabarkan dengan beberapa konsep, termasuk diri (nafs), roh (ruh), akal ('aql) dan kalbu (qalb). Empat konsep diri spiritual itu berasal dari karya Abu Hamid Al-Ghazali yang bersumber dari Al-Qur'an.

Kepustakaan psikologi Islami dipenuhi dengan konseptualisasi diri. Fokus berlebihan kepada konseptualisasi diri ibarat "pakaian baru sang raja"; seolah Imam Al-Ghazali gagal mengonsolidasi konseptualisasi diri dalam wacana filsafatnya. Dinyatakan oleh Haque & Keshavarzi (2014), bahwa Imam Al-Ghazali memandang empat aspek manusia (nafs, ruh, 'aql, qalb) saling berhubungan dan saling bergantung, membentuk jiwa manusia.

Nafs atau jiwa dipahami sebagai "sesuatu yang ada di dalam entitas manusia yang hakikat pastinya tidak terpersepsi". Nafs siap menerima pengarahan menuju kebaikan atau kejahatan. Nafs memadukan beberapa sifat dan ciri manusia yang berpengaruh jelas keperilaku manusia (Karzoon, 1997).

Pemahaman atas nafs didasarkan kepada Al-Qur'an, pengetahuan tradisional, dan tafsir para ulama. Setidaknya ada tiga tipe utama nafs, yaitu nafs al-ammarah bissu' (nafs yang mendorong kejahatan), nafs al-lawwamah (nafs yang menyesali diri) dan nafs al-muthma'innah (nafs yang tenang). Ibnul Qayyim Al-Jauzi menyatakan, kondisi nafs bisa berubah, dari nafs al-ammarah ke nafs al-lawwamah, ke nafs al-muthma'innah yang merupakan tujuan kesempurnaan terakhir.

Demikian cuplikan sangat sedikit dari buku "Islamic Psychology". Sebuah buku yang memberikan kepada kita arah pemahaman tentang psikologi Islami.

Ditulis dengan sistematis oleh Dr. Hussein Rassool, dan disajikan dalam versi terjemahan bahasa Indonesia dengan judul Islamic Psychology, diterbitkan oleh Qaf Media Kreativa, Jakarta. Diterjemahkan oleh Zia Anshor, dengan penyerasi Qamaruddin SF.

Terbit baru saja, pada bulan Oktober 2023. Masih hangat. Kebul kebul. Ayo segera nikmati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun