Seiring berjalannya waktu, Zuhro menyadari betapa besar kecintaan suami kepada dirinya. Ia melihat sikap penghargaan dan penjagaan yang tulus dari suami. "Setelah beberapa tahun, ia tidak lagi menyatakan dengan istilah dosa...", ujarnya.
"Saya dulu tidak memakai jilbab. Saya memutuskan mengenakan jilbab bukan karena paksaan dari suami. Ia tidak pernah menyuruh atau memaksa saya berjilbab. Ini kesadaran saya sendiri", sambungnya.
"Suami banyak memberikan pengajaran sikap-sikap beragama kepada saya. Bertahun-tahun saya dilatih untuk menjadi seorang muslimah yang baik. Saya dilatih untuk hidup sederhana dan apa adanya", ujar Prof Zuhro.
"Suatu ketika saya sampaikan kepada suami, bahwa saya ingin mengendarai mobil yang empuk. Mobil kita ini gak empuk, sehingga bikin sakit pinggang", kisahnya. "Saya tidak menyebut merk mobil. Saya hanya bilang, pengen naik mobil empuk untuk kerja".
Apa jawaban suaminya? "Istighfar Mah... Tidak pantas itu Mah... Cobalah bersyukur dengan mobil yang ada..." itu jawaban suaminya. Ia pun rela dan menerima keputusan sang suami untuk tidak berganti mobil.
Sebagai seorang profesor dan peneliti, kesibukannya tentu luar biasa. Namun itu tidak menghalangi Prof. Siti Zuhro untuk menjadi istri dan ibu yang baik. Tentu patut menjadi contoh bagi kita semua. Luar biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H