Permasalahannya, laki-laki yang tidak dewasa ini bertemu dengan perempuan yang penuh ekspektasi. Seperti yang dinyatakan oleh Wilcox, "perempuan lebih memiliki perhatian dalam membangun hubungan. Perempuan lebih akut, sensitif serta reaktif dalam segala hal yang mungkin terjadi dalam hubungan. Mereka memiliki lebih banyak pendapat dan kritik tentang pernikahan, serta memiliki harapan yang lebih tinggi dalam pernikahan" (Wiley, 2014).
Jika kita tidak bisa membuat laki-laki menjadi lebih dewasa, dan tidak bisa membuat perempuan menurunkan ekspektasi tentang pernikahan, peluang apa yang masih dimiliki untuk mempertahankan institusi pernikahan?
Bahan Bacaan
David Gordon dkk, Relationships In America: Survey, The Austin Institute for the Study of Family and Culture, https://classic.iclrs.org, 2014
Garth Fletcher dkk, The Science of Intimate Relationships, Blackwell Publishing, 2007
Hannah Seligson, High Manxiety: Thirtysomething Men Are The New Neurotic Singles, https://www.thedailybeast.com, 12 Juli 2017
Kay S. Hymowitz, Where Have The Good Men Gone? https://www.wsj.com, 19 Februari 2011
Naomi Schaefer Riley, Why Marriages Fail: Romance Just Isn't Enough, https://nypost.com, 23 Juni 2014
Paul Chai, Rise of The Man-child, https://www.smh.com.au, 29 Juni 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H