Sangat menarik, bahwa persentase laki-laki yang menyebut pelecehan emosional lebih besar (37,70%), dibandingkan dengan perempuan (31,26%). Demikian pula, jenis pelecehan verbal yang dialami laki-laki lebih tinggi (24,59%) dibandingkan dengan perempuan (21,49%).
Sedangkan perempuan lebih banyak menyebut pelecehan finansial, pelecehan fisik, dan pelecehan spiritual sebagai bentuk pelecehan yang mereka alami dalam pernikahan.
Tidak Memenuhi Kebutuhan Emosional Istri
Para peneliti di Austin Institute for the Study of Family and Culture melakukan studi tentang penyebab perceraian. Mereka menemukan, perselingkuhan masih menjadi alasan paling umum. Hampir 37% responden menyebut perselingkuhan mereka sendiri atau perselingkuhan pasangan sebagai penyebab perceraian.
Meskipun kehidupan di Amerika terkait kebebasan seksual lebih longgar dibandingkan di negara-negara muslim, namun mereka tetap mengharapkan pasangan untuk setia. Jika tidak ada kesetiaan, mereka memilih untuk berpisah.
Studi menunjukkan, banyak dari alasan tersebut bermuara pada laki-laki yang "tidak memenuhi kebutuhan emosional istri," ungkap Brad Wilcox dari National Marriage Project. Alasan perceraian berkisar pada ketidakdewasaan pasangan, pelecehan emosional, dan pasangan tidak tanggap terhadap kebutuhan.
Hal ini menandakan, banyak suami yang tidak memenuhi kebutuhan emosional istri. Mungkin sebagian mereka cukup tanggap dengan pemenuhan kebutuhan finansial, namun ternyata kurang memiliki kepekaan untuk memenuhi kebutuhan emosional.
Pentingnya Membangun Komitmen Sejak Awal
Pelecehan emosional dan verbal merupakan bentuk pelecehan yang paling umum terjadi --mungkin juga paling berbahaya, karena seringkali tidak sejelas jenis pelecehan lainnya. Pasangan mungkin terus menderita secara diam-diam di bawah pelecehan emosional dan verbal selama bertahun-tahun sampai suatu hari menjadi tidak tertahankan.
Berbeda dengan pelecehan fisik atau seksual yang lebih jelas bentuk perlakuannya. Adanya lebam,memar, darah, luka, adalah bukti adanya pelecehan fisik. Dalam hal pelecehan emosional dan verbal, sering kali tidak dijumpai tanda-tanda sejelas itu. Pelaku bahkan terkadang tidak mengetahui bahwa tindakannya masuk kategori pelecehan dan telah menyakiti perasaan pasangan, serta dapat merusak hubungan.
Untuk itu membangun komitmen dan kesepahaman sejak sebelum menikah adalah tindakan sangat penting. Kedua belah pihak dari calon suami dan calon istri saling berkomitmen dan menyepakati berbagai kondisi terbaik dalam pernikahan nantinya.