"Essentially the marriage stops being a marriage and instead becomes an abusive relationship. Despite this, many victims tend to stay in abusive relationships for a long time before they leave" --AbuseWarrior, 2023.
Pelecehan emosional dalam pernikahan, benar-benar tindakan yang merugikan dan bahkan menyengsarakan. Suami atau istri yang mengalami pelecehan emosional dari pasangannya, bisa kehilangan cinta dan kebahagiaan dalam kehidupan.
Pernikahan berubah menjadi malapetaka yang menyiksa, apabila terdapat pelecehan emosional di dalamnya. Pada banyak contoh kasus, suami atau istri yang menjadi korban pelecehan emosional cenderung memilih mempertahankan pernikahan dengan alasan anak atau keluarga besar.
Padahal pelecehan emosional yang berlangsung dalam jangka waktu lama, akan menghasilkan dampak negatif dan merusak. Menurut situs Abuse Warrior (2023), dampak yang bisa terjadi pada korban pelecehan emosional, antara lain:
- Depresi
- Kepanikan
- Kecemasan
- Stres Kronis
- Muncul penyakit fisik
- Kehilangan kepercayaan diri
- Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD)
Meskipun sering kali tidak ditemukan bukti fisik dari tindakan pelecehan emosional, namun dampak yang ditimbulkannya bisa bertahan lama. Bahkan setelah bercerai, dampak tersebut masih bisa dirasakan korban.
Waspadalah.
Bahan Bacaan
Abuse Warrior, Is Emotional Abuse Grounds For Divorce? Here's What You NEED To Know, https://abusewarrior.com
Naomi Schaefer Riley, Why Marriages Fail: Romance Just Isn't Enough, https://nypost.com, 23 Juni 2014
Taha Ghayyur, Divorce in the Muslim Community: 2010 Survey Analysis, https://www.soundvision.com, 22 Juli 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H