Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Para Santri Cilik di Pentas Literasi

19 Mei 2023   18:27 Diperbarui: 19 Mei 2023   18:35 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen Pondok Pesantren Ibnu Abbas Klaten

Sore hari ini, Jumat 19 Mei 2023, saya menghadiri agenda "Launching Bersama" 7 buku karya para penulis di Pondok Pesantren Ibnu Abbas Klaten, Jawa Tengah. Saya sungguh sangat berbahagia, bisa menjadi salah satu mentor menulis di pondok pesantren ini.

Di antara para penulis hebat dari Ibnu Abbas adalah Ustadz Dr. Umarulfaruq Abubakar, Dr. Elly Damaiwati, Ustadz Kusyaeni, dan Ustadz Nanda Kusuma Putra. Mereka ini sudah memiliki banyak karya tulis sebelumnya. Mereka inilah yang selalu memotivasi para ustadz dan para santri Ibnu Abbas untuk produktif menulis.

Tentu saja dorongan yang paling utama adalah dari Direktur Pondok Pesantren Ibnu Abbas, Dr. Hakimuddin Salim, Lc., MA. Beliau juga banyak menulis, dan memberikan motivasi kepada para ustadz dan para santri untuk banyak menulis. Beliau ingin Ponpes Ibnu Abbas benar-benar menjadi "madrasah" yang berperan membangun peradaban.

Di antara hal yang sangat menggembirakan dari forum sore ini adalah munculnya para penulis cilik. Mereka santri kelas 6 Kuttab Ibnu Abbas --setara Sekolah Dasar. Tiga santri telah berhasil menulis buku solo, dan ikut dilaunching bersama karya para ustadz.

dokumen Pondok Pesantren Ibnu Abbas Klaten
dokumen Pondok Pesantren Ibnu Abbas Klaten

Penulis cilik pertama yang tampil dalam agenda "Launching Bersama" adalah dek Mamduh Firas El Zuhaili. Penulis cilik yang biasa dipanggil Firas ini, merupakan santri kelas 6 Kuttab Ibnu Abbas. Ayahnya adalah Kusyaeni, seorang ustadz yang mengajar di Pondok Pesantren Ibnu Abbas, dan bukunya turut dilaunching pula.

Buku karya dek Firas ditulis dalam waktu 8 bulan, saat belajar di kelas 6 Kuttab. Ia menulis menggunakan bulpen di buku tulis. Setelah selesai menulis, ia memindahkannya ke laptop.

Saat saya tanya apakah mengalami kesulitan saat memindahkan ke laptop, ia mengaku tidak ada kesulitan. "Hanya saja, terkadang waktunya lama", ujar Firas.

Kapan ia menulis? "Biasanya saya menulis setelah Asar, setelah Maghrib, atau sebelum Subuh", jawab dek Firas. Adapun bahan yang ditulis, semuanya berasal dari pelajaran para ustadz dan ustadzah di Kuttab.

Firas menulis buku fiksi, karena menurutnya lebih mudah menulis fiksi. Kesulitan yang dirasakan saat membuat buku adalah saat merencanakan alur atau kerangka cerita. Demikian pula saat harus menentukan ending cerita, ia merasa kesulitan.

Melalui buku, ia ingin berbagi ilmu kepada orang lain, agar mendapatkan pahala jariyah. Semangat menulisnya, terinspirasi dari ayah. Terbukti, sang ayah telah menulis tiga buku --semenjak mengikuti Kelas Menulis dan Membuat Buku (KMMB) di Ibnu Abbas.

dokumen Pondok Pesantren Ibnu Abbas Klaten
dokumen Pondok Pesantren Ibnu Abbas Klaten

Penulis cilik berikutnya adalah dek Aqiilah Husna El Mahmudi. Ia menulis buku berjudul "Cerita Anak Tentang Sepotong Kebaikan". Santri kelas 6 Kuttab Ibnu Abbas ini berasal dari Klaten, Jawa Tengah.

Dek Aqiilah menulis buku selama 8 bulan. Sama seperti dek Firas, ia juga menulis cerita di buku tulis, setelah selesai baru disalin ke laptop. Dek Aqiilah menulis di saat senggang, biasanya setelah bangun pagi, setelah Duhur, atau setelah Asar.

Apa tantangan terberat yang dirasakan saat menulis buku? "Rasa malas", jawab dek Aqiilah. Saat rasa malas datang,  ini menjadi tantangan yang berat untuk memulai menulis. Ia harus memaksa diri agar tetap menulis.

Selain itu, terkadang ia mengaku tidak punya ide atau kehabisan ide untuk ditulis. Tantangan lainnya adalah ketika ada teman mengajak bermain. Pesan dek Aqiilah adalah "Kerjakan tugas dengan cepat". Ia telah membuktikan mampu menulis dan melaunching buku perdana. Luar biasa.

dokumen Pondok Pesantren Ibnu Abbas Klaten
dokumen Pondok Pesantren Ibnu Abbas Klaten

Penulis cilik ketiga adalah dek Haniya Atqiya Anshori. Ia menulis buku "Hati Samara". Santriwati asal Klaten ini adalah pelajar kelas 6 di Kuttab Ibnu Abbas.

Buku "Hati Samara" ditulis dalam waktu 6 bulan, menggunakan buku tulis dan bulpen. Sama seperti dua temannya, setelah selesai barulah disalin ke laptop. Ia sering menulis di malam hari setelah Isya.

Kesulitan yang dirasakan dek Haniya adalah munculnya banyak ide baru saat sedang menulis. Tantangan berikutnya adalah membagi waktu antara menulis dan kegiatan sekolah.

Apa yang memotivasi dek Haniya untuk menulis buku? "Saya ingin menjadi penulis", ujarnya. Selain itu, dek Haniya juga prihatin dengan indeks literasi masyarakat Indonesia yang sangat rendah. Luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun