Di titik ini saya kecewa, karena dalam film tidak disuguhkan alasan Buya yang lebih mendasar. Padahal ini sangat penting. Mari coba kita simak ulang penuturan Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar.
"Seorang di antara guruku yang beristeri lebih dari satu," ujar Buya Hamka, "Pernah memberi nasehat kepadaku waktu aku masih muda: 'Cukuplah isterimu satu itu saja wahai Abdul Malik! Aku telah beristeri dua. Kesukarannya baru aku rasakan setelah terjadi. Aku tidak bisa mundur lagi," sambung Buya.
"Guruku itu mengatakan: Resiko ini akan aku pikul terus sampai salah seorang dari kami bertiga meninggal dunia. Aku tidak akan menceraikan salah seorang antara mereka berdua, karena kesalahan mereka tidak ada. Anakku dengan mereka berdua banyak. Tetapi aku siang-malam menderita bathin, karena ada satu hal yang tidak dapat aku pelihara, yaitu keadilan hati," kenang Buya.
"Bagi orang lain hal ini mudah saja. Kalau tidak senang kepada salah satu, cari saja sebab kecil, lalu lepaskan, maka terlepaslah diri dari beban berat. Kalau terjadi demikian, kita telah meremuk-redamkan hati seorang ibu yang ditelantarkan," sambung Buya.
"Janganlah beristeri lebih dari satu hanya dijadikan semacam percobaan, sebab kita berhadapan dengan seorang manusia, jenis perempuan. Hal ini menjadi sulit bagiku, karena aku adalah aku, karena aku adalah gurumu dan guru orang banyak," kenang Buya.
"Aku lemah dalam hal ini, wahai Abdul Malik. Aku ingin engkau bahagia! Aku ingin engkau jangan membuat kesulitan bagi dirimu. Peganglah ayat Tuhan: Yang demikian itu lebih dekat supaya kamu tidak berlaku aniaya" (Al Quran, surat An-Nisa' ayat 3).
Dialog antara Buya Hamka dan salah seorang guru beliau ini, seharusnya bisa menjadi sangat menarik untuk ditampilkan dalam film. Di sini terjadi konflik pada sang guru, sudah terlanjur menikah namun merasa tidak mampu berlaku adil. Di sisi lain, kalau menceraikan salah satu, juga tidak memiliki alasan untuk melakukannya.
Selain pesan sang guru yang sangat membekas pada diri Buya, sebenarnya ada alasan lain di balik sikap beliau menolak menikah lagi. Yaitu kekecewaan Buya terhadap ayahnya, Haji Rasul (Donny Damara).