Kisah Ramadan -- 31
Hari ini Ramadan telah benar-benar meninggalkan kita. Apa yang seharusnya terjadi, ketika kita telah dilatih melakukan ketaatan penuh selama sebulan?
Sebagian orang bijak --sebagaimana dikutip dalam kitab Al-Fawa'id, menyatakan,
"Di antara balasan bagi amalan kebaikan adalah amalan kebaikan yang ada sesudahnya. Sedangkan hukuman bagi amalan yang buruk adalah amalan buruk yang ada sesudahnya".
Balasan amal kebaikan adalah dimudahkannya kita melakukan amal kebaikan berikutnya. Sebuah amal kebaikan bisa melahirkan amal kebaikan lainnya.
Berarti, di antara pertanda bahwa amal kebaikan Ramadan kita diterima adalah hadirnya banyak amal kebaikan lain yang bisa kita lakukan setelahnya. Bukan menjadi loyo dan berhenti berbuat baik. Justru menjadi pelopor kebaikan.
Dalam kitab Latha-iful Ma'arif dinyatakan, "Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seorang melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dengan amalan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama".
Amal Apa yang Harus Dijaga Pasca Ramadan?
Pada dasarnya, semua amal kebaikan yang sudah dibiasakan selama Ramadan harus diusahakan untuk tetap dijaga. Misalnya, puasa. Sebulan berpuasa wajib, maka setelah Ramadan kita lanjutkan dengan puasa sunnah.
Ada sangat banyak jenis puasa sunnah, di antaranya adalah puasa Syawal. Ada sangat banyak keutamaan mengerjakan puasa Syawal ini. Dari Abu Ayub Al Anshari, bahwa Nabi saw bersabda,
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh" (HR. Muslim no. 1164).
Demikian pula shalat berjama'ah di masjid. Selama Ramadan kita semua sangat akrab dengan masjid. Terlebih karena berjama'ah menunaikan shalat tarawih, di samping shalat wajib lima waktu. Hendaknya kebiasaan baik ini tetap terjaga.
Sedemikian penting nilai shalat berjama'ah ke masjid, bahkan seorang tunanetra sekalipun diarahkan oleh Nabi saw untuk ke masjid. Abu Hurairah menceritakan,
- - . - - . . .
"Seorang laki-laki buta mendatangi Nabi saw. 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak memiliki orang yang menuntunku ke masjid,' ujarnya. Laki-laki ini meminta pada Rasulullah saw agar diberi keringanan untuk shalat di rumah.
Pada mulanya Nabi saw memberi dia keringanan. Namun, tatkala dia mau berpaling, beliau saw memanggil laki-laki tersebut dan berkata, 'Apakah engkau mendengar adzan ketika shalat?' Lelaki tersebut menjawab, 'Iya.' Lalu beliau saw bersabda, 'Penuhilah panggilan tersebut'" (HR. Muslim no. 653).
Demikian pula berbagai amal sunnah yang sudah biasa kita jalankan sepanjang Ramadan. Semoga tetap bersemangat mengerjakan amal sunnah, di sebelas bulan mendatang.
Amal sunnah akan membawa kecintaan Allah kepada hambaNya. Dalam sebuah hadits Qudsi dinyatakan,
"Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya" (HR. Bukhari no. 2506).
Ungkapan Allah dalam hadits di atas sangat jelas. "Dan senantiasa hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya".
Amal sunnah membawa kecintaan Allah, tidakkah kita menjadi bersemangat karenanya? Maka, jangan hanya merasa cukup dengan mengerjakan yang wajib. Mari bersemangat melaksanakan yang sunnah.
Bahan Bacaan
Muhammad Nur Ichwan Muslim, Nasehat Selepas Ramadhan, https://muslim.or.id, 21 April 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H