Kisah Ramadan -- 30
Ternyata, amal yang berat justru amal hati. Ketika kita berpuasa, lebih mudah bagi kita untuk menahan lapar dan dahaga. Namun sulit bagi kita untuk meninggalkan hati yang berprasangka.
Saat melaksanakan shalat, mudah bagi kita untuk melakukan serangkaian gerakan disertai bacaan. Namun sulit bagi kita untuk membuat hati berkonsentrasi. Sangat sering kita lalai.
Demikian pula kata-kata maaf, mudah sekali terucap. Tapi sangat sulit bagi kita untuk benar-benar membersihkan hati dari dendam dan dengki serta sakit hati. Kata maaf terungkap berkali-kali, namun bekas sakit dan dendam masih tersimpan di dalam hati.
Wajar, jika Allah memberikan balasan sangat besar bagi hamba yang mampu membersihkan hati. Karena ternyata amal hati memang istimewa. Tak sembarang orang mampu melakukannya dengan sepenuh kehadiran jiwa.
Tindakan memaafkan adalah amal hati. Ini termasuk amal yang berat. Tidak tanggung-tanggung, Allah sediakan balasan yang tak terbatas, sesuai dengan kehendakNya. Firman Allah,
Â
"Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim" (QS. Asy-Syura: 40).
Inilah mengapa Abdullah bin 'Amr bin 'Ash bisa menerima, bahwa Nabi saw memuji seorang laki-laki yang amal fisiknya biasa saja. Ternyata yang istimewa dari lelaki tersebut adalah amal hatinya.
Kisahnya disampaikan oleh sahabat Anas bin Malik. Ia bercerita bahwa para sahabat sedang duduk bersama Rasulullah saw di sebuah majelis. Saat itu Nabi saw bersabda, Â 'Akan muncul kepada kalian sekarang seorang penduduk surga.'