"Bagaimana mungkin, wahai Ibrahim? Setiap bagian bumi ini adalah milik Allah," ujarnya keheranan.
"Nah, jika engkau telah menyadari hal itu, maka apakah pantas engkau berbuat maksiat sementara engkau tinggal di bumi-Nya?"
"Ketiga, jika engkau hendak berbuat maksiat, carilah tempat di mana Allah tidak dapat melihatmu, lalu berbuatlah maksiat di tempat itu."
"Bagaimana bisa, wahai Ibrahim? Allah Maha Mengetahui hal-hal rahasia dan yang tersembunyi. Dia dapat mendengar merayapnya semut pada batu besar yang keras di malam yang gelap," ujar lelaki tersebut.
"Jika engkau telah menyadari hal itu, maka apakah pantas engkau berbuat maksiat kepada-Nya, sementara Allah melihatmu?"
"Keempat, jika malaikat maut datang untuk mencabut nyawamu, maka katakanlah padanya, 'Tundalah kematianku sampai waktu tertentu.''
"Mana mungkin, wahai Ibrahim? Allah telah menyatakan, 'Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun'".
"Jika engkau telah menyadari hal itu, lantas mengapa engkau masih maksiat, sedangkan dirimu mengharap keselamatan?" ungkap Ibrahim.
"Kelima, apabila malaikat Zabaniyah --malaikat penjaga-- mendatangimu untuk menyeretmu ke neraka Jahannam, maka janganlah engkau ikut mereka", lanjut Ibrahim.
"Cukup, wahai Ibrahim. Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya", ujar lelaki itu.
Semenjak pertemuan dengan Ibrahimbin Adham itu, ia bertaubat dan senantiasa beribadah sampai meninggal dunia.