Kisah Ramadan -- 17
Apa yang akan Anda lakukan, jika orang yang selalu Anda bantu selama ini justru memfitnah keluarga Anda? Misalnya, ada keluarga miskin yang Anda berikan bantuan rutin bulanan untuk keperluan hidup dan biaya sekolah anak-anak mereka. Bukan ucapan terima kasih yang mereka berikan, justru fitnah yang mereka lontarkan.
Ini yang pernah terjadi pada diri Abu Bakar Ash-Shidiq. Ia memberikan bantuan rutin kepada Misthah bin Utsatsah, salah satu kerabat yang sangat miskin. Bukan ucapan terimakasih yang Misthah berikan, ia justru turut menyebarkan fitnah keji terhadap A'isyah dalam peristiwa haditsul ifki.
Allah menurunkan ayat terkait peristiwa yang menimpa Abu Bakar, dalam firmanNya,
"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. An-Nur: 22).
Tentang fitnah keji yang pernah menimpa dirinya, Aisyah menceritakan, "Ketika Allah telah menurunkan sepuluh ayat (terbebasnya Aisyah dari tuduhan selingkuh), maka Abu Bakar berkata, 'Demi Allah, aku tidak akan memberi nafkah kepadanya (Misthah bin Utsatsah) lagi untuk selamanya, setelah apa yang ia katakan kepada A'isyah."
Abu Bakar marah dengan perilaku Misthah yang tidak tahu diri dan tak mengerti berterima kasih. Maka Abu Bakar berjanji tak akan mau membantu dia lagi untuk selamanya.
Setelah Abu Bakar mengucapkan kalimat tersebut, Allah menurunkan ayat 22 surat An-Nur. "Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah". Ayat ini sangat jelas sedang mengoreksi perkataan Abu Bakar.
Allah mengajarkan permaafan dan kelapangan dada, dengan menawarkan ampunan, "Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. An-Nur: 22).
Setelah mendengar turunnya ayat tersebut, Abu Bakar berkata, "Baiklah. Demi Allah, sungguh aku suka bila Allah mengampuniku." Ini merupakan respon cepat Abu Bakar dari penggal ayat, "Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".