"Berprasangka baik itu adalah pengharapan (raja'). Barangsiapa pengharapannya membawa kepada kataatan dan meninggalkan kemaksiatan, maka itu adalah pengharapan yang benar. Dan barangsiapa yang keengganannya beramal dianggap sebagai sikap berharap, dan sikap berharapnya berarti enggan beramal atau meremehkan, maka itu termasuk terpedaya," demikian penjelasan Ibnul Qayim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafi.
Syaikh Salih Al-Fauzan menjelaskan, "Prasangka yang baik kepada Allah seharusnya disertai meninggalkan kemaksiatan. Kalau tidak, maka itu termasuk sikap merasa aman dari azab Allah".
"Prasangka baik kepada Allah harus disertai dengan melakukan sebab datangnya kebaikan dan sebab meninggalkan kejelekan, itulah pengharapan yang terpuji. Sedangkan berprasangka baik kepada Allah namun meninggalkan kewajiban dan melakukan yang diharamkan, maka itu adalah pengharapan yang tercela. Ini termasuk sifat merasa aman dari makar Allah," demikian penuturan Syaikh Salih Al-Fauzan.
Semoga kita senantiasa bisa berprasangka baik kepada Allah. Mumpung Ramadan, bersihkan hati dan jiwa, untuk selalu husnuzhan kepadaNya.
Bahan Bacaan
Ahmad Dirgahayu Hidayat, Kisah Mereka yang Berbaik Sangka kepada Allah, https://islam.nu.or.id, 25 Oktober 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H