Laki-laki ini segera pergi menuju tempat yang ditunjukkan si 'Alim. Ketika berada di tengah perjalanan, ajal menjemputnya. Ia belum tiba di tempat tujuan untuk bertaubat.
Saat lelaki ini wafat, datang dua malaikat. Yang satu malaikat rahmat dan yang kedua malaikat adzab. Keduanya berselisih soal status lelaki pendosa ini.
Malaikat rahmat berkata, "Orang ini wafat dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah". Namun malaikat adzab berkata, "Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun".
Datanglah malaikat ketiga untuk mendamaikan. Kedua malaikat sepakat untuk menjadikan malaikat yang baru datang sebagai pemutus perselisihan mereka.
"Ukurlah jarak antara kedua tempat, yaitu antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang menjadi tujuan taubat", ujar malaikat yang datang belakangan.
"Tempat yang jaraknya lebih dekat, ialah yang berhak atas orang ini," lanjutnya.
Kedua malaikat segera mengukur jarak kedua tempat tersebut. Mereka mendapatkan bahwa lelaki pendosa ini wafat dalam jarak yang lebih dekat dengan tempat yang dituju untuk bertaubat. Akhirnya, ruhnya pun dibawa oleh malaikat rahmat."
Kisah di atas diambil dari hadits yang sangat masyhur, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim no. 2766. Memberikan inspirasi dan motivasi yang sangat luar biasa, bahwa Allah Maha mengampuni dosa.
Inilah makna firman Allah Ta'ala,
"Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Az-Zumar: 53).
Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim mengatakan, "Ayat yang mulia ini berisi seruan kepada setiap orang yang berbuat maksiat baik kekafiran dan lainnya untuk segera bertaubat kepada Allah. Ayat ini mengabarkan bahwa Allah akan mengampuni seluruh dosa bagi siapa yang ingin bertaubat dari dosa-dosa tersebut, walaupun dosa tersebut amat banyak, bagai buih di lautan." Â