Perselingkuhan zaman global dikemas dengan selera global. Selingkuh bukan hanya dengan tetangga sebelah atau dengan orang satu daerah. Selingkuh difasilitasi antar negara dan antar benua.
Secara ide dan istilah, mungkin hal itu sepertinya bukan di Indonesia. Seakan itu suatu paham yang jauh banget dari Indonesia. Namun jika dicermati, kondisi keluarga di Indonesia memberikan gambaran dan petunjuk yang mengarah kepada perilaku casual marriage, dalam bentuknya yang berbeda.
Betapa marak kasus perselingkuhan zaman cyber, yang dipermudah oleh berbagai fitur medsos. Betapa banyak perceraian di Indonesia yang disebabkan oleh karena perselingkuhan, baik online maupun offline. Bagi masyarakat Indonesia, pernikahan tetap memiliki nilai sakral.
Namun perkembangan zaman cyber, membuat nilai-nilai sakral itu kian tergerus dan termarginalkan. Diganti dengan gelombang kebebasan berekspresi, melalui berbagai medsos yang memudahkan semua orang saling terhubung dan berkomunikasi secara intensif.
Dua Modalitas Berumah Tangga
Hal-hal buruk dan negatif, tentu harus selalu dihindari, walau dianggap perkembangan zaman cyber. Casual marriage berpotensi menyalahi ajaran agama, sekaligus menyalahi norma dan kepatutan dalam keluhuran budaya Indonesia.
Pertanyaannya adalah bagaimana cara menghindari dampak negatif perkembangan zaman cyber dalam kehidupan berumah tangga?Â
Ada sangat banyak cara untuk menjaga keutuhan dan kebahagiaan hidup berumah tangga, namun dua modalitas berikut ini sangat penting untuk diwujudkan dan diutamakan.
Pertama, Mengokohkan Spiritualitas Keluarga
Keluarga harus memiliki sisi spiritualitas yang kuat. Jangan hanya mengutamakan sisi-sisi pemenuhan material saja tanpa memiliki landasan spiritual. Sangat banyak keluarga yang hanya berfokus pada sisi material, bukan hanya pada keluarga kaya yang serba bisa memenuhi semua keinginan material anak-anaknya. Bahkan pada keluarga yang kekurangan sekalipun, bisa menanamkan pemenuhan sisi material pada anak-anak.
Casual marriage adalah contoh kerapuhan sisi spiritual dalam kehidupan pernikahan. Ketika pasangan suami istri hanya mengejar sisi kebahagiaan material, maka mereka akan terjebak dalam perilaku hedonis, mengedepankan pemenuhan kesenangan syahwat tanpa mengenal batas-batas. Padahal sifat dasar dari materi adalah tidak pernah bisa terpuaskan.