Namanya Prof. Dr. Muhammad  Abdul Karim, MA., MA. Beliau adalah guru besar Sejarah dan Kebudayaan Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beliau tidak mengenal saya dan sayapun belum pernah bertemu beliau.
Saya mengenal beliau, dari salah seorang mahasiswa program doktoral UIN Sunan Kalijaga, @dedenanjar. Ada cerita yang menyentuh hati saya, tentang kecintaan Prof Abdul Karim akan ilmu dan dedikasi beliau dalam mengajar.
Pada kondisi kesehatan yang kurang mendukung, Prof Abdul Karim tetap mengajar sesuai jadwal. Di usia yang sudah sekitar 70an tahun, dengan kondisi fisik tengah sakit, beliau gigih mengajar mahasiswa S3.
Peserta studi S3 konsentrasi Sejarah dan Kebudayaan Islam di UIN Kalijaga satu angkatan dengan @dedenanjar ada 3 orang. Para mahasiswa ini diminta datang ke rumah Prof Abdul Karim, agar beliau tetap bisa mengajar.
Para mahasiswa hadir dan ditemui Prof Abdul Karim di bagian depan rumah beliau. Dengan bersemangat dan antusias, beliau mengajar tiga mahasiswa ini sembari duduk lesehan.
Sesekali waktu beliau terlihat kelelahan, kemudian minta izin istirahat sejenak. Beliau segera berbaring di dekat para mahasiswa.
Tiga mahasiswa beliau menunggu dengan sabar. Beberapa menit kemudian beliau duduk kembali, dan meneruskan mengajar.
Sesekali waktu beliau terdiam, tampak sedang mengingat-ingat pelajaran. Namun beberapa menit kemudian beliau kembali meneruskan mengajar dengan lancar.
Meski dengan suara lirih, namun tampak semangat terpancar dari dalam diri beliau. Sebuah etos mengajar yang luar biasa. Rasa tanggung jawab yang besar di pundak sang Profesor membuatnya tidak mudah menyerah oleh keadaan.
Andai beliau meminta izin untuk tidak mengajar karena alasan kesehatan, pasti dibolehkan. Pasti dimaklumi. Andai beliau memberi tugas kepada para mahasiswa untuk membaca buku referensi sebagai ganti ketidakhadiran mengajar, pasti akan dilakukan oleh para mahasiswa. Pasti kondisi ini akan dimengerti.
Namun beliau menolak kalah, menolak menyerah. Beliau gigih dan bersemangat mengajarkan ilmu. Meski mengajar dari rumah, meski sesekali harus berbaring istirahat, meski sesekali harus berhenti untuk mengingat-ingat, namun semangat yang menyala membuat para mahasiwa tergugah.
Kang @dedenanjar yang menceritakan kepada saya menyatakan, betapamalu dirinya dengan sang Profesor. "Saya masih terlalu mudah untuk meminta izin tidak mengajar saat merasa tidak enak badan. Ternyata Profesor Abdul Karim yang lebih sepuh dari saya tetap mengajar di saat kondisi fisik yang lemah", ujar Kang @dedenanjar.
"Saat mengajar di rumah, bisa sampai tiga jam beliau menyampaikan materi dan diskusi dengan kami. Jauh lebih panjang waktunya dibanding jadwal kuliah yang semestinya", sambung Kang @dedenanjar.
Bagaimana dengan kita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H