Pembelaan dan penjagaan suami terhadap istri hingga ke tingkat pecahnya dada dan terburainya darah dari tubuh. Ini ungkapan untuk menggambarkan keperwiraan laki-laki dalam menjaga dan membela istri.
Laki-laki sejati tidak akan rela istrinya diganggu orang lain. Ia bersedia mempertaruhkan nyawa demi membela dan menjaga istri.
Laki-laki sejati tidak akan merelakan istrinya disenangi dan dilamar laki-laki lain. Saat ada lelaki yang melamar istrinya, ia tidak menyerahkan sang istri kepada lelaki tersebut. Pun ia juga tidak mengatakan kepada sang istri, "Terserah kamu pilih mana. Pilih aku atau dia".
Lelaki sejati akan mengatakan, "Kamu istriku. Aku tak akan mepaskan kamu. Aku bertanggung jawab untuk memuliakan, menghargai, mencintai dan menyayangimu. Aku akan lakukan apapun untuk membela dan menjagamu".
Lelaki sejati akan memastikan bahwa sang istri nyaman dan aman di sisinya. Ia akan berbuat terbaik demi memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan  lahir bathin kepada istri.
Bagaimana Membela dan Menjaga Istri?
Bagaimana dengan tindakan suami dalam kisah di atas? Mari kita lihat dengan jernih.
Pertama, saya memuji tindakannya membela dan menjaga istri, namun tidak setuju ketika ia melakukan penganiayaan.
Dalam kasus di atas, si pemuda yang masih berstatus pelajar tidak mengetahui bahwa perempuan kenalannya sudah bersuami. Perempuan tersebut menyatakan dirinya masih single, maka si pemuda memberanikan diri untuk datang.
Kita tidak tahu --dan tidak berhak untuk su'uzhan---kepada si perempuan, mengapa ia mengaku lajang. Apa motivasi dia mengaku single saat kenalan dan bahkan sampai pertemuan. Biarlah itu menjadi urusan dirinya dengan Allah, dan tentu dengan suaminya saja.
Namun tindakan suami menjaga dan membela istrinya --inilah lelaki sejati. Ia tidak menyerahkan istrinya kepada pemuda yang melamar. Ia tidak menyerahkan keputusan kepada sang istri, "Terserah kamu, apakah menerima pinangan pemuda itu atau tetap berumah tangga dengan aku".