Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Zona Nyaman Laki-laki

19 November 2022   07:19 Diperbarui: 19 November 2022   07:30 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi by canva

Catatan Laki-laki (12)

Secara umum, laki-laki memiliki instink pemburu. Sebelum memiliki isteri, ia berusaha mendapatkan isteri yang ideal menurut standar kelelakiannya. Untuk itu ia rela melakukan apapun demi mendapatkan calon pendamping hidupnya. Episode berburu dimulai.

Banyak lelaki berusaha mengejar dan mendapatkan perempuan yang menarik dan membuatnya terpesona, yang diharapkan menjadi isteri. Ia melakukan berbagai usaha agar bisa mendapatkan perempuan tersebut, walau kadang harus bersaing dengan banyak lelaki lain.

Inilah instink "pemburu" yang ada pada laki-laki. Tahukah apa yang dilakukan para pemburu setelah berhasil menangkap buruannya? Binatang buruan akan diikat dengan kuat, setelah itu ia bisa istirahat, atau melakukan hal lain. Ia tidak khawatir lagi tentang buruan, karena sudah didapat. Ia merasa bahagia dan menang, karena berhasil mengikat binatang buruannya.

Ini sebabnya, mengapa setelah menikah, laki-laki mulai tampak santai. Laki-laki mulai memasuki zona nyaman (comfort zone). Ia merasa tenang, tidak perlu mengejar atau melakukan usaha untuk mendapatkan pendamping hidup, karena sudah ada di sampingnya.

Comfort Zone Laki-laki

Ketika sudah memasuki zona nyaman, "sang pemburu" merasa bisa fokus pada hal lain dalam hidupnya. Setelah menikah, ia tidak memusingkan lagi urusan mencari pendamping hidup. Ia bisa fokus pada karier, bisnis, pekerjaan, organisasi, hobi, dan lain sebagainya, dan yakin bahwa isteri juga nyaman berada di sampingnya.

Ketika sedang berduaan dengan isteri, ia merasa tidak masalah bila asyik membuka gadget, chating, bekerja di laptop, dan isterinya pun asyik membaca buku atau memainkan gadget. Saling sibuk dan asyik sendiri-sendiri, bisa menjadi kedamaian dan kebahagiaan tersendiri bagi laki-laki. Baginya, itu sudah lebih dari cukup.

Di titik inilah, di mata istri, laki-laki telah berubah menjadi cuek setelah menikah. Padahal di mata suami, ia sudah merasa nyaman dan tenang dengan isteri. Ia sudah merasakan sakinah.

Sikap seperti inilah yang oleh kebanyakan isteri disebut sebagai tidak romantis dan tidak peduli. Di mata isteri, suami kehilangan romantisme setelah berumah tangga, apalagi ketika sudah menempuh masa yang panjang.

Padahal suami merasa tidak ada yang berubah dari dirinya. Ia merasa sudah sedemikian nyaman hidup berumah tangga. Maka laki-laki heran mengapa sang isteri masih mencari-cari kekurangannya.

Drama Korea yang Disukai Banyak Perempuan

Sering kali laki-laki tidak mengerti, bahwa perempuan memerlukan "perhatian yang konsisten" dalam hubungan. Isteri ingin diperlakukan secara romantis, sedikit dicemburui, dirayu, dipuji, butuh bermesraan, dan lain sebagainya. Apalagi bila sebelum menikah dulu si laki-laki sudah tampak romantis, maka perempuan memiliki ekspektasi yang tinggi bahwa suaminya akan semakin romantis setelah menikah.

Banyak perempuan membayangkan adegan romance dalam suatu hubungan, layaknya drama Korea. Ia ingin melihat suaminya berusaha membahagiakan dirinya. Bahkan cukup dengan melihat usahanya saja, perempuan sudah merasa bahagia.

Karena itu, ketika sedang berduaan, perempuan akan mengeluh bila suaminya asyik chating dengan teman-temannya di grup whatsapp atau asyik menonton youtube. Ia merasa tidak dibutuhkan dan tidak dimengerti.

Ketika isteri sedang berduaan dengan suami dan melihat suami sibuk chating, isteri akan berpikir, "Mengapa ia tidak peduli padaku? Ia malah asyik sendiri. Ia sudah tidak sayang lagi padaku." Padahal yang ada di dalam pikiran suami adalah, "Dengan melihat kamu di sisiku, aku sudah senang. Aku bisa beraktivitas dengan tenang."

Isteri berpikir, "Mengapa malah asyik chating dengan orang lain? Mengapa ia tidak mengobrol denganku?" Sementara suami berpikir, "Mengapa sih kamu harus peduliin aku yang lagi chating? Kamu kan bisa mengerjakan hal lain, nonton youtube, chating, baca buku atau apapunlah yang menyenangkanmu."

Isteri menuduh suami tidak peka, tidak romantis dan tidak pengertian, sedangkan suami menuduh isteri banyak menuntut dan mencari-cari masalah. Akibatnya pertengkaran pun terjadi dan saling menyalahkan satu sama lain. Hanya karena keduanya tidak mengerti kebutuhan pasangannya, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Maka pahami dan berdamailah. Laki-lakimu telah memasuki zona nyaman, merasa tenang dan bahagia bersamamu.

Bahan Bacaan

Allan & Barbara Pease, Why Men Can Only Do One Thing at At Time and Women Never Stop Talking,  Orion, UK, 2003

Kei Sovourie, Kenapa Pria Jadi Berubah Setelah Jadian? https://kelascinta.com, diakses 19 November 2022

Michelle Devani, Why Do Guys Change After 6 Months Relationship And How To Handle It, https://lovedevani.com, 6 Juni 2022

PsychCentral, How to Navigate and Embrace Change in Your Relationships, https://psychcentral.com, diakses 19 November 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun