Elizabeth  Douvan mengadakan penelitian tentang problema perkawinan  di  masyarakat  Amerika Serikat (Mar'at, 2005). Meskipun survei dilakukan di Amerika, namun hasilnya bisa untuk pembelajaran bagi kita semua. Survei Douvan menemukan  faktor-faktor yang  menyebabkan kegagalan perkawinan, di antaranya:Â
- Gagal mempertemukan dan menyesuaikan harapan satu dengan yang lain
Ketika suami dan istri dalam rentang waktu yang lama tidak berhasil mempertemukan dan menyesuaikan harapan satu dengan yang lain, yang akan muncul adalah kekecewaan. Masing-masing bertahan dengan ekspektasi yang tinggi, tanpa disertai dengan kemampuan beradaptasi, berkompromi dan bertoleransi.
- Sulit menerima perbedaan
Jika salah satu dari suami istri, atau keduanya, sulit menerima perbedaan, akan cenderung menjadi penyebab kegagalan berumah tangga. Pernikahan adalah bab mengelola perbedaan dan ketidakcocokan. Akan selalu ditemukan perbedaan dan ketidakcocokan di sepanjang kehidupan, maka harus saling bisa menyesuaikan.
- Masalah keuangan dan anak
Persoalan keuangan menjadi hal sensitif dalam kehidupan pernikahan. Suami dan istri harus bersedia menyepakati pola manajemen keuangan yang melegakan kedua belah pihak. Demikian pula masalah anak, baik dari segi jumlah anak, jarak antar kelahiran, pengasuhan dan pendidikan anak, semua harus dibicarakan dan disepakati.
- Pembagian peran yang tidak adil
Suami dan istri harus mampu membagi peran secara berkeadilan. Dalam pandangan Islam, ada peran yang sudah ditetapkan syariat maka suami dan istri tinggal menjalankan sesuai ketentuan. Namun ada peran yang diperselisihkan di kalangan para ulama, maka suami istri hendaknya menyikapi dan menyepakati dengan bijak.
- Kegagalan berkomunikasi
Komunikasi menjadi elemen penting dalam membangun keutuhan keluarga. Ketika suami istrigagal berkomunikasi, menjadi faktor besar yang membawa mereka menuju kepada kegagalan berumah tangga. Hendaknya suami istri belajar untuk menemukan pola komunikasi yang efektif dan melegakan.
- Tumbuh dan berkembang ke arah yang berbeda-beda
Dijumpai pasangan suami istri yang tumbuh dan berkembang ke arah yang berbeda. Masing-masing tumbuh dan berkembang, namun arahnya tidak sama. Di titik tertentu, mereka akan merasa semakin jauh dan tak bisa dipertemukan. Tampak jurang perbedaan yang sangat dalam. Dampaknya mereka merasa tak lagi bisa bersatu.
Berhati-hatilah dalam mengelola biduk pernikahan. Jaga kekompakan, dialogkan harapan agar bisa disesuaikan dengan kenyataan. Berusahalah untuk beradaptasi dan berkompromi satu dengan yang lain, dalam rangka menguatkan keharmonisan dan kebahagiaan keluarga.
Bahan Bacaan
Samsunuwiyati Mar'at, Psikologi Perkembangan, Remadja Rosdakarya, 2005.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H