"Families in all their remarkable diversity, are the basic foundation of human cultures" -- John Defrain.
Kemaren, Ahad 22 Mei 2022, saya berkesempatan mendengarkan pemaparan dan pengarahan dari kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak kabupaten Wonosobo, ibu Dyah Retno Sulistyowati. Kepala Dinas yang sekaligus istri Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, tersebut mengingatkan berbagai problem dalam ketahanan keluarga.
Salah satu yang disampaikan ibu Dyah adalah tingkat perceraian di Wonosobo yang cenderung tinggi. Beliau menyampaikan keprihatinan atas masih tingginya angka perceraian tersebut.
 Hal sama disampaikan oleh Ketua PD Persaudaraan Muslimah (Salimah) Wonosobo saat memberikan sambutan dalam seminar Wonderful Couple Till Jannah tersebut. Bahwa Wonosobo termasuk daerah yang angka perceraian tergolong tinggi.
Data-data tersebut tentu menjadi keprihatinan kita bersama. Sebab kaluarga yang kuat adalah pilar utama bagi kuatnya bangsa dan negara. Sebaliknya, rapuhnya keluarga akan menjadi faktor kerapuhan pula bagi bangsa dan negara.
Pertanyaan yang mendasar adalah, seperti apakah keluarga yang kuat? Bagaimana menciptakan keluarga yang kuat? Tema besar di sekitar membangun ketahanan keluarga ini yang telah kami bahas saat seminar Wonderful Couple Till Jannah di Aula BPK Wonosobo, Ahad kemaren.
Fakta dan Realita Keluarga Kuat
"Strong families are critical to the development of strong communities, and strong communities promote and nurture strong families"Â -- John Defrain.
John Defrain dan tim telah mengkontribusikan waktu lebih dari 30 tahun untuk melakukan serangkaian penelitian di lebih dari 40 negara di semua benua, untuk menemukan faktor apa yang membuat keluarga menjadi kuat (strong family). Temuan Defrain dan tim telah memberikan banyak perspektif penting dalam ilmu ketahanan keluarga, yang terus berkembang dari waktu ke waktu.
Di antara temuan penting Defrain yang dilaporkan dalam "Strong Families Around the World: An Introduction to the Family Strengths Perspective" (2019) adalah adanya prinsip-prinsip keluarga kuat, yang selalu ditemukan di semua keluarga kuat. Di negara manapun, pada budaya apapun, prinsip-prinsip ini telah berlaku.
Di antara prinsip keluarga yang kuat dinyatakan oleh defrain, "Families, in all their remarkable diversity, are the basic foundation of human cultures". Sistem keluarga ada pada berbagai kebudayaan manusia dimanapun mereka berada. Keluarga adalah fondasi dasar pada semua kebudayaan manusia di muka bumi.
Temuan ini telah menjadi prinsip yang dikembangkan dalam studi ketahanan keluarga, bahwa untuk membangun peradaban yang kuat, harus dimulai dari penguatan keluarga. Perkembangan studi terkait keluarga yang dilakukan oleh Defrain berbagai ahli lainnya, semakin menguatkan pandangan ini.
Defrain menyatakan, "Strong families are critical to the development of strong communities, and strong communities promote and nurture strong families". Hubungan antara keluarga, komunitas, dan budaya merupakan hubungan yang resiprokal.
Jika keluarga kuat, akan membangun masyarakat dan bangsa yang kuat. Sebaliknya, masyarakat dan bangsa yang kuat, akan bisa menjaga dan menguatkan ketahanan keluarga. Hal ini menjadi dasar untuk membangun relasi saling menguatkan, antara keluarga, masyarakat dan bangsa. Tidak akan tercipta bangsa yang kuat, jika tidak dimulai dari keluarga yang kuat.
Dari studi panjang tersebut, Defrain menemukan, bahwa berbagai macam masalah di dunia ini dapat bermula atau bersumber dari kondisi keluarga. Jika kita menemukan remaja bermasalah, atau orang dewasa yang bermasalah, bisa dilacak sejak dari kondisi keluarganya.
Semua Keluarga Memiliki Masalah dan Kekuatan
"All families have strengths" --John Defrain.
Studi yang dilakukan Olson juga menemukan hal serupa, bahwa keluarga terkadang membuat masalahnya sendiri, dan terkadang lingkungan terlalu banyak memberikan masalah pada keluarga. Berita baiknya, semua masalah tersebut juga bisa berakhir di keluarga, apabila memiliki keluarga yang kuat.
Secara sangat positif, Defrain menyatakan, "All families have strengths". Kenyataan yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, tidak semua keluarga adalah keluarga yang tangguh. Akan tetapi, semua keluarga memiliki kekuatan.
Bahkan dalam keluarga yang paling bermasalah sekalipun, kita akan dapat menemukan orang baik, perbuatan baik, atau hal baik yang bisa digunakan sebagai kekuatan keluarga. Berbagai potensi kekuatan ini dapat digunakan sebagai pondasi perkembangan keluarga di masa yang akan datang.
Defrain mengungkapkan sebuah relasi sistemik dalam keluarga, "Everything that happens to you, happens to me". Keluarga adalah sebuah sistem, dimana satu pihak selalu bergantung kepada pihak lain. Satu pihak selalu mempengaruhi pihak lainnya.
Maka ketika sesuatu hal terjadi pada salah satu anggota keluarga, hal tersebut dirasakan pula dampaknya oleh anggota keluarga lainnya. Jika seorang suami memberikan perhatian dan kasih sayang yang penuh terhadap istri, membuat sang istri merasa bahagia. Jika istri bahagia, ia akan mengurus anak-anak dengan baik. Begitu pula apabila terjadi kondisi yang sebaliknya.
Kunci Utama Kekuatan Keluarga
"Strong marriages are the center of many strong families. The couple relationship is an important source of strength in many families with children who are doing well" --John Defrain.
Kunci membangun kekuatan keluarga, ada pada kekuatan hubungan antara suami dan istri. Defrain menemukan, "Strong marriages are the center of many strong families. The couple relationship is an important source of strength in many families with children who are doing well". Bahwa hubungan antara suami dan istri merupakan hal yang sentral untuk penguatan keluarga. Maka, pasangan suami istri harus kompak terlebih dahulu.
Namun, untuk menjadi keluarga yang kuat, tidak selalu mensyaratkan kondisi hubungan tersebut. Karena kekuatan keluarga bisa berasal dari beragam faktor yang berbeda. Misalnya, keluarga single parent tetap bisa membangun keluarga yang kuat, apabila pandai memanfaatkan berbagai faktor untuk menguatkan keluarganya.
Mereka yang tengah menjalani kehidupan single parent, tetap bisa membangun keluarga yang kuat. Caranya adalah dengan mengoptimalkan berbagai potensi kekuatan yang dimiliki keluarga tersebut. Fokuslah mencari dan menemukan faktor-faktor kekuatan yang ada dalam keluarga, jangan fokus pada masalah dan kelemahan.
Bahan Bacaan
DeFrain, J. D., & Asay, S. M. (2019). Focusing on the Strengths and Challenges of Families. International Course on Advocacy Skills in Mental Health System Development from Research to Policy. Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H