Ini menjadi salah satu penjelas, mengapa dalam pernikahan yang toxic, perselingkuhan mudah terjadi. Karena mereka telah kehilangan intimacy, yang membuat  suami dan istri merasa tak ada kehangatan lagi. Sebuah pernikahan yang sehat, akan selalu menjaga kehangatan emosional antara suami dan istri. Dengan kehangatan ini, membuat mereka akan saling menjaga dan melindungi.
Apapun alasannya, selingkuh adalah tindakan salah yang harus dihindari. Namun mengerti alasan di balik perselingkuhan, bisa menjadi modal untuk mencegah dan menghindarinya.
Membangun Kembali Keintiman
Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka (QS. Al-Baqarah: 187).
Dalam Al-Qur'an, kelekatan suami dan istri diibaratkan sebagai libas atau pakaian. Pakaian selalu menempel dan memberikan kehangatan kepada pemakainya. Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyatakan, "Tidak ada persatuan (kelekatan) antar dua ruh yang lebih besar dibandingkan suami dan istri".
Bagaimana membangun intimacy antara suami dan istri? Mumpung masih bulan Ramadan, mari kita mengambil keteladanan dari keluarga Nabi saw. Ternyata, Nabi saw sangat pandai menjaga intimacy dengan para istri. Tindakan beliau yang lekat dengan istri dalam berbagai aktivitas, membuat para istri selalu intim dengan beliau.
Perhatikan beberapa keteladanan Nabi saw dengan para istri berikut ini. Beliau memberi teladan membangun keintiman dalam hubungan keseharian.
Nabi Saw rela menjadikan lutut beliau sebagai pijakan bagi Shafiyah, istri beliau, untuk naik ke onta tunggangan. Anas bin Malik berkata, "Aku melihat Nabi Saw mempersiapkan kelambu di atas onta untuk Shafiyah, lalu beliau Saw duduk di dekat onta lalu meletakan lutut beliau. Shafiyah menginjakkan kakinya di atas lutut beliau untuk naik di atas onta" (HR Al-Bukhari II/778 no 2120, III/1059 no 2736).
A'isyah pernah bercerita intimacy yang dibangun bersama Nabi saw. "Nabi Saw berdiri di pintu lalu aku mendatanginya dan aku letakkan daguku di atas pundaknya dan aku sandarkan wajahku di pipinya. Rasulullah Saw berkata, "Sudah cukup (engkau melihat mereka bermain)". Aku berkata, "Wahai Rasulullah, jangan terburu-buru". Lalu beliau (tetap) berdiri untukku (agar aku bisa terus melihat mereka)... (HR Al-Bukhari V/2006 no 4938, Muslim II/608 no 892, An-Nasai no 1594).
A'isyah menceritakan bahwasanya ia pernah bersafar bersama Rasulullah Saw, dan berlomba lari dengan beliau. "Maka akupun berlomba dengannya dan aku mengalahkannya". Pada kesempatan yang lain, A'isyah kembali bersafar bersama beliau Saw, dan kembali berlomba lari. A'isyah berkata, "Maka akupun berlomba dengannya lalu Rasulullah Saw mendahuluiku. Beliau tertawa dan berkata, "Ini untuk kekalahanku yang dulu" (Al-Albani berkata, "Sanadnya sahih").
Dari Urwah, dari A'isyah bahwasanya Nabi Saw mencium salah seorang istrinya kemudian keluar untuk shalat dan beliau tidak berwudhu (HR Abu Dawud no 179, At-Tirmidzi no 86, Ibnu Majah no 502, Ahmad VI/210 no 25807). Ummu Salamah berkata bahwasanya Rasulullah Saw menciumnya dan ia sedang puasa, ia juga mengabarkan bahwasanya ia dan Rasulullah Saw mandi janabah bersama di sebuah tempayan (HR Al-Bukhari I/122 no 316, II/681 no 1828, Muslim I/243 no 296).
Demikianlah beberapa contoh dari Nabi saw dan para istri dalam membangun intimacy. Mari kita teladani.