Marriage is a mutual contract between two people with their consent, to live together and help and support each other to their journey to Allah Almighty and look after their family, give them the right tarbiyya to be among people of Jannah --Syaikh Haytham Tamim, 2019.
Â
Syaikh Haytham Tamim, seorang ulama, pengajar dan konsultan pernikahan Islam di Inggris menyatakan, jangan menyarankan untuk bertahan dalam pernikahan yang buruk. Bertahan dalam kehidupan pernikahan yang beracun bukanlah bentuk sabar, namun bentuk kelemahan.
Beliau menegaskan, pernikahan bukanlah hukuman seumur hidup. Melalui Utrujj Foundation di Inggris, Syaikh Haytham Tamim mengedukasi masyarakat muslim untuk memiliki kehidupan pernikahan yang sehat. Bagi beliau, pernikahan tidak semestinya melahirkan penderitaan berkepanjangan.
"I am not in any way promoting or encouraging divorce, or the break up of families and upheaval of children, but if a marriage is abusive or oppressive, there is no imperative that a woman must stay in that relationship" --Syaikh Haytham Tamim, 2019.
Tentu saja beliau tidak mengkampanyekan perceraian. Yang sedang beliau lakukan adalah mengajak masyarakat untuk memperbaiki hubungan pernikahan. Kehidupn berumah tangga hendaknya bisa menjadi surga dunia dan surga akhirat bagi semua anggotanya. Jangan menjadi siksa dan penderitaan bersama.
"Saya sama sekali tidak mempromosikan atau mendorong perceraian, atau pecahnya keluarga dan pergolakan anak-anak. Tetapi jika pernikahan itu kasar atau menindas, tidak ada keharusan bahwa seorang wanita harus tetap berada dalam hubungan itu", ungkap beliau.
Sebagai seorang ulama yang sekaligus konsultan keluarga, beliau prihatin dengan realitas kehidupan beberapa keluarga yang tertekan oleh masalah. "Jelas, kita harus mendorong rekonsiliasi dan konseling, dan talak adalah pilihan terakhir. Tetapi ada perbedaan besar antara pasangan yang saling berkorban, dengan satu orang yang menghancurkan diri mereka sendiri dalam pernikahan atau hubungan apa pun", ungkap beliau.
"Clearly, we should encourage reconciliation and counselling, and talaq is the only ever last resort, but there is a big difference between a couple making mutual sacrifices and one person annihilating them self in a marriage or any relationship"Â --Syaikh Haytham Tamim, 2019.
Islam sangat menghendaki kehidupan pernikahan yang sakinah mawadah wa rahmah. Namun suasana ketenangan, ketenteraman dan kebahagiaan dalam pernikahan tersebut tidak selalu berhasil didapatkan. Ada banyak pasangan yang berhasil mendapatkannya, namun ada pula yang tidak berhasil menikmatinya.
Sebagian masyarakat berada dalam hubungan pernikahan yang menindas. Bukan hubungan saling memuliakan dan saling membahagiakan. "Pengorbanan dan kompromi timbal balik menciptakan hubungan yang baik, namun jika mereka sepenuhnya membangun hubungan satu arah, tentu tidak adil", ungkap beliau.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!