Banyak manusia berdoa, meminta diberi rezeki. Sayangnya mereka hanya membayangkan harta. Padahal harta adalah rezeki yang paling rendah. Ada banyak jenis rezeki lainnya, yang tak selalu berbentuk harta benda. Hendaknya kita meminta diberikan rezeki yang paling tinggi, rezeki yang paling utama, dan rezeki yang paling sempurna.
Syaikh Mutawalli Asy-Sya'rawi menyatakan:
"Harta adalah rezeki yang paling rendah. Afiyah adalah rezeki yang paling tinggi. Anak salih adalah rezeki yang paling utama. Sedangkan ridha Allah adalah rezeki yang sempurna".
Harta Adalah Tingkatan Rezeki yang Paling Rendah
Jika Anda diberi rezeki berupa harta, bersyukurlah. Karena dengan harta itu Anda bisa melakukan banyak kebaikan. Anda bisa menciptakan lahan-lahan amal salih yang sangat luas, apabila memiliki banyak harta. Berarti tabungan amal Anda juga banyak, dan pahala yang akan Anda dapatkan juga melimpah.
Dengan catatan, harta tersebut halal dan Anda dapatkan dengan cara yang halal. Setelah mendapatkan harta, Anda kelola dengan cara yang benar sesuai tuntunan syariat agama. Inilah harta yang akan memberikan kebaikan dunia akhirat kepada pemiliknya.
Namun, harta adalah rezeki yang paling rendah tingkatannya. Ketika pandangan manusia tentang rezeki hanya terbatas pada harta, artinya ia baru berada dalam taraf yang masih sangat dasar. Pada dasarnya semua manusia menghendaki harta, bahkan pengin harta yang banyak dan melimpah. Ini keinginan natural umumnya manusia.
Pandangan manusia yang hanya mengetahui harta sebagai tolok ukur, artinya berada dalam tingkatan duniawi murni. Tidak mengenal aspek ukhrawi. Hanya memiliki sisi material, dan tidak memiliki sisi spiritual. Kehidupan yang hanya material, tak ubahnya pada level binatang ternak.
Bagi manusia beriman, yang meyakini akhirat, semestinya meningkat dengan memohon rezki yang paling tinggi, yaitu 'afiyah. Apa itu 'afiyah?
'Afiyah Adalah Tingkatan Rezeki yang Paling Tinggi
Dalam bahasa Indonesia, kita sering menggunakan kata 'afiyah (afiat) dalam satu rangkaian kata dengan sehat, sehingga menjadi sehat wal afiat. Terkadang menyebabkan maknanya menyempit, hanya terbatas pada sisi kesehatan saja. Padahal makna 'afiyah sangatlah luas.
Mari kita lihat, bagaimana Nabi saw memberikan tuntunan agar kita meminta kepada Allah 'afiyah dunia dan 'afiyah akhirat. Ini menandakan, dimensi 'afiyah sangatlah luas. Bukan hanya urusan dunia.
Al-'Abbas bin 'Abdul Muththalib meriwayatkan, "Aku berkata,
: (( )) : : (( ))
'Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang bisa aku minta kepada Allah.' Maka beliau saw menjawab, 'Mintalah kepada Allah 'afiyah (keselamatan).' Setelah beberapa hari, aku datang dan berkata, 'Wahai Rasulullah, ajarkanlah sesuatu yang aku bisa minta kepada Allah.' Beliau saw menjawab, 'Wahai 'Abbas, paman Rasulullah, mintalah kepada Allah 'afiyah (keselamatan) di dunia dan akhirat" (HR. Tirmidzi, ia mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih).
Dalam dua kali kesempatan pertemuan, Al-'Abbas meminta petunjuk kepada Nabi saw, hal apakah yang sebaiknya ia minta kepada Allah? Dua kali pula Nabi saw mengarahkan agar Al-'Abbas meminta kepada Allah 'afiyah. Pada jawaban yang kedua, dengan penambahan dunia dan akhirat.
Nabi saw juga mengajarkan doa memohon 'afiyah,
, ...
"Allahumma inni as-alukal 'afwa wal 'afiyah fid dunya wal akhirah. Allahumma inni as-alukal 'afwa wal 'afiyah fi dini wa ahli wa mali. Ya Allah, sesungguhnya aku betul-betul memohon ampunan kepadaMu, dan 'afiyah di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku betul-betul memohon ampunan kepadaMu dan 'afiyah pada agamaku, keluargaku dan hartaku" (HR. Abu Daud 5074, disahihkan oleh Syaikh Al-Albani).
Dari teks doa tersebut, kita menemukan demikian luasnya makna 'afiyah. Tak mengherankan jika Syaikh Mutawalli Asy-Sya'rawi menyatakan, 'afiyah adalah rezeki yang tingkatannya paling tinggi.
'Afiyah mencakup keselamatan dari berbagai musibah, fitnah, bencana, penyakit, dan hal-hal buruk lainnya yang terjadi di dunia ini. Sedangkan 'afiyah di akhirat, mencakup keselamatan dari siksa setelah kematian, seperti siksa kubur, siksa neraka dan kengerian yang terjadi antara keduanya, hisab dan kesulitan-kesulitan lainnya (Muhammad Ashim Musthafa, 2022).
Pada frasa pertama dari doa di atas, setelah meminta ampunan, Nabi saw meminta kepada Allah 'afiyah fid dunya wal akhirah. Pada frasa kedua, setelah meminta ampunan, Nabi saw meminta kepada Allah 'afiyah fi dini wa ahli wa mali. Memohon 'afiyah pada agama, keluarga dan harta.
Maknanya, Nabi saw mengajarkan kepada kita untuk memohon ampunan kepada Allah, dan 'afiyah atau keselamatan dalam agama, keselamatan keluarga dan keselamatan pada harta. Keselamatan pada agama, maknanya agar kita diberikan kekuatan serta istiqamah untuk menjalankan ketaatan dalam agama. Tidak sampai menyimpang atau menyeleweng dari ajaran agama.
Keselamatan pada keluarga, artinya agar semua anggota keluarga bisa selamat di dunia dan di akhirat. Mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat, sebagaimana perintah "qu anfusakum wa ahlikum nara" --jaga dirimu dan keluargamu dari api neraka. Sebuah permintaan agar keluarga bisa selamat menjalani kehidupan di dunia dan di akhirat.
Keselamatan pada harta, artinya agar diberi kemampuan untuk mendapatkan harta yang halal dan thayib; diberikan kemampuan untuk menggunakan harta dengan benar sesuai tuntunan agama; dan mendapatkan keberkahan dari harta yang dimiliki.
Semoga kita mendapatkan keseluruhan jenis rezeki tersebut. Mendapatkan harta, mendapatkan 'afiyah, mendapatkan anak salih, dan mendapatkan ridha Allah. Aamiin.
Bahan Bacaan
Muhammad Ashim Musthafa, Makna Afiat dan Urgensinya, https://muslim.or.id, 22 November 2022.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H