Sebelum Anda menjadi mertua, proses yang harus dilalui adalah memilih menantu. Saat anak lelaki Anda sudah dewasa, Anda harus mengarahkannya agar memilih perempuan salihah untuk menjadi istrinya.
Anda harus mendampingi anak laki-laki dalam proses memilih jodoh. Sebab, sebagai ayah dan ibu kandung, Anda bertanggung jawab atas kebaikan dan keselamatan semua anak Anda.
Ketika anak laki-laki Anda menyatakan sudah memiliki calon pendamping hidup, sebelum Anda menyetujui dan memberikan restu, hendaknya Anda bertemu terlebih dahulu.Â
Dalam pertemuan silaturahim tersebut, Anda bisa mengajukan berbagai pertanyaan kepada calon menantu perempuan. Terlebih lagi bagi ibu, yang sudah terbukti --secara survei---kerap muncul konflik dengan menantu perempuan.
Berbagai pertanyaan ini untuk memastikan, bahwa perempuan yang akan menjadi istri anak lelaki Anda, adalah seorang perempuan salihah.Â
Perempuan yang akan menghadirkan kebaikan dunia dan akhirat bagi keluarganya kelak. Perempuan yang bisa menjadi ibu salihah bagi anak-anaknya. Perempuan yang di bawah telapak kakinya ada surga.
Ayah Jahimah As-Sulami Ra datang kepada Nabi saw dan berkata, "Wahai Rasulullah, aku ingin ikut dalam peperangan dan aku datang untuk meminta pendapatmu." Nabi saw bertanya, "Apakah kamu mempunyai ibu?" Dia menjawab, "Ya." Nabi saw bersabda, "Falzamha, fa innal jannata tahta rijlaiha.Â
Tetaplah bersamanya, karena sesungguhnya surga ada di bawah kedua kakinya" (HR. An-Nasa-i, Al-Hakim, Ath-Thabrani. Dinyatakan sahih oleh Syaikh Al-Albani). Â
Hendaknya, ayah dan ibu harus sangat peduli terhadap kualitas kepribadian calon menantu perempuannya. Kelak menantu perempuan akan mendampingi suami dalam mengarungi kehidupan berumah tangga.Â
Ia harus memiliki pribadi yang kokoh dalam keimanan, kuat dalam ketakwaan, terpuji dalam akhlak dan perbuatan, cerdas dalam pemikiran, lembut dalam pergaulan, sehat mental dan badan, memiliki sifat keibuan yang kuat, dan jauh dari tindakan dosa dan kemaksiatan.
Daftar Pertanyaan Basic
Berikut beberapa daftar pertanyaan basic yang selayaknya ditanyakan oleh ibu kepada calon menantu perempuannya.
- Apakah kamu siap berkolaborasi dengan suamimu kelak untuk selalu menaati Allah dan RasulNya?
Allah swt berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu" (QS. An-Nisa' : 59).
- Apakah kamu siap menaati suamimu kelak --selama tidak dalam kemaksiatan?
Nabi saw bersabda, "Jika seorang perempuan selalu menjaga shalat lima waktu, berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina), dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya, "Masuklah ke dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka" (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).
Nabi saw bersabda, "Tidak ada ketaatan dalam perkara maksiat. Ketaatan itu hanyalah dalam perkara yang ma'ruf (kebaikan)" (HR. Bukhari no. 7145 dan Muslim no. 1840). Nabi saw bersabda, "Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah" (HR. Ahmad).
- Apakah kamu bersedia mendampingi suamimu kelak dalam suka dan duka?
Ketika Nabi menerima wahyu pertama kali, beliau merasa ketakutan. Khadijah menyelimuti beliau hingga hilang rasa takutnya. Khadijah berkata, "Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, karena kamu adalah orang yang suka menyambung hubungan silaturahim, membantu orang lain, memberi orang yang tidak punya, memuliakan tamu, membantu orang-orang yang tertimpa musibah."
- Apakah kamu siap memenuhi arahan Nabi untuk menjadi istri salihah?
Nabi saw bersabda, "Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri salihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan menaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya" (HR. Abu Dawud no. 1417).
- Apakah kamu siap berkolaborasi dengan suamimu kelak dalam mengelola keuangan keluarga secara bijak?
Imam Hasan Al-Bashri menyatakan, "Semoga Allah merahmati seseorang yang bekerja untuk mencari harta yang halal, kemudian ia membelanjakan hartanya secukupnya dan menyisihkan kelebihannya untuk hari miskinnya dan saat membutuhkannya" (Atsar riwayat Ath-Thabari dalam Tahdzibul Atsar).
- Apakah kamu siap melaksanakan mu'asyarah bil ma'ruf terhadap suamimu kelak dalam kehidupan sehari-hari?
Allah swt berfirman, "Dan bergaullah dengan mereka secara baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak" (An Nisa': 19).
- Apakah kamu bersedia untuk menjadi bagian dari keluarga besar suamimu kelak, dan turut berbakti kepada kedua orangtua suamimu?
Allah swt berfirman, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.Â
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik" (QS. Al-Isra`: 23).
- Apakah kamu siap mengasuh dan mendidik anak-anakmu kelak menjadi salih dan salihah?
Nabi saw bersabda, "Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur sepuluh tahun. Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka." (HR. Abu Daud no. 495).
- Apakah kamu siap menghadirkan sakinah mawadah wa rahmah dalam kehidupan keluargamu?
Allah swt berfirman, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (QS. Ar-Rum : 21).
- Apakah kamu siap berkolaborasi dengan suamimu kelak untuk membawa keluarga mendapatkan kebaikan dunia, kebaikan akhirat dan selamat dari api neraka?
Allah swt berfirman, "Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka" (QS. Al-Baqarah: 201).
Jawaban yang Menenteramkan
Jawaban-jawaban yang disampaikan calon menantu perempuan atas pertanyaan tersebut, akan memberikan gambaran tentang kepribadiannya. Ayah dan ibu bisa memberikan penilaian atas jawaban yang disampaikan calon menantu.
Apabila jawaban yang disampaikan tampak mengambang, atau cenderung meragukan, sepertinya harus mendiskusikan ulang dengan anak lelakinya. Sebab semua pertanyaan basic tersebut, menyangkut aspek kepribadian yang fundamental. Jangan sampai salah memilih istri.
Apabila jawaban yang disampaikan sangat meyakinkan, maka akan memberikan keyakinan akan kebaikan calon menantu perempuan. Jawaban yang yakin dan benar, akan menenteramkan ayah dan ibu dalam merestui anak lelakinya menikah dengan perempuan salihah pilihannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H