Menantuku, pada hari ini aku menikahkan dirimu dengan putri tercintaku. Mulai hari ini pula, tanggung jawab untuk menafkahi, melindungi dan membela putriku, ada pada dirimu.
Engkau harus tahu, menantuku, bahwa aku akan selalu mencintai dan menyayangi putriku, seumur hidupku. Kendati ia telah menjadi istrimu, selamanya ia tetap anak perempuan tercintaku.
Maka pada hari ini, aku ingin menyampaikan beberapa pesan kepadamu. Termasuk pesan dari ibu putriku.
Kami --aku dan ibunya--- telah menerima dirimu sebagai menantu kami. Sebagai belahan jiwa dan kekasih hati putri kami. Sebagai anggota dari keluarga besar kami.
Ketahuilah, wahai menantuku, selama putriku hidup bersama kami, bahkan sejak masih dalam kandungan, kami telah mencintainya. Kami telah menjaga, melindungi dan menghargainya.
Setelah ia lahir hingga dewasa, kami selalu mendampinginya, kami mendidiknya, kami menjaganya, kami selalu menyayanginya dengan sepenuh jiwa.
Seumur hidup, kami tidak pernah menyakitinya. Kami tidak pernah melukainya. Kami tidak pernah menyusahkannya. Kami tidak pernah menelantarkannya.
Kami asuh ia dengan segenap jiwa raga. Kami rawat dengan sepenuh tanggung jawab dan sepenuh doa. Kami lindungi dari berbagai hal yang bisa mendatangkan mudharat baginya. Kami jaga dirinya dengan sepenuh cinta.
Maka kami tidak rela siapapun menyakiti dirinya. Kami tidak rela siapapun melukainya. Kami tidak rela siapapun membuatnya sengsara --termasuk kamu, wahai menantuku.
Kami tidak rela jika engkau menyia-nyiakannya. Kami tidak rela jika engkau membuatnya menderita. Kami tidak rela jika engkau membuatnya berduka.
Jangan pernah berlaku keras dan kasar kepadanya, karena kami tak pernah melakukannya. Jangan pernah membentak dan bertindak galak kepadanya, karena kami tak pernah mencontohkannya. Jangan pernah bertindak zalim kepadanya, karena kamipun tak pernah menzaliminya.
Kami mengerti putri kami memiliki kekurangan dan kelemahan, sebagaimana dirimupun pasti memiliki kekurangan dan kelemahan. Tutupilah kekurangan dan kelemahannya. Jangan engkau menyebarkannya.
Didik dan nasehati dengan kelembutan, ajak dirinya menggapai ridha Allah Ta'ala, bimbing tangannya menggapai surga bersama. Hiasi hidup kalian dengan taqwa, raihlah keberkahan, bukan kemegahan dan kemewahan.
Jika suatu hari nanti engkau tak lagi mencintainya, jangan katakan kepadanya. Itu akan menyakiti dan melukainya. Katakan saja pada kami, dan kami akan datang menjemputnya.
Sebagaimana hari ini kami melepasnya untuk hidup bersamamu, maka apabila suatu hari nanti kamu tidak lagi bisa merawat dan menghargai dirinya, kami yang akan mengambil kembali dia darimu.
Engkau harus tahu, wahai menantuku, kami selalu menyediakan cinta untuknya. Seumur hidup kami. Sepanjang usia kami. Selalu ada cinta untuk putri kami. Selalu ada doa untuk putri kami.
Keterangan : Foto-foto pernikahan Afifah Uly dan Muhammad Jimmy Rangga, 8 Agustus 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H