Yang dimaksud dengan "berada di pihak yang sama" adalah, mertua laki-laki dan mertua perempuan berada pada satu pihak untuk mencari dan menemukan solusi. Sebagai contoh, ketika terjadi konflik antara mertua perempuan dengan menantu perempuan, maka sikap yang harus diambil mertua laki-laki adalah membantu istri untuk mencari solusi.
Mertua laki-laki tidak boleh menyatakan kepada sang istri, "Ini bukan masalahku. Ini masalahmu dengan menantu". Sikap seperti ini akan semakin menjauhkan istrinya dengan menantu perempuan. Mertua perempuan bisa merasa 'dimusuhi' secara kolektif, baik oleh suami maupun menantu perempuannya.
Demikian pula ketika terjadi konflik mertua laki-laki dengan menantu laki-laki, maka sikap yang harus diambil mertua perempuan adalah membantu suami untuk menemukan solusi terbaik. Mertua perempuan tidak boleh menyatakan kepada suami, "Ini bukan masalahku. Ini masalahmu dengan menantu. Aku tidak punya masalah dengan menantu".
Sikap ini akan semakin menjauhkan mertua laki-laki dengan menantu. Mertua laki-laki bisa merasa 'dimusuhi' secara kolektif, baik oleh istri maupun menantu.
Kesamaan sikap mertua laki-laki dan mertua perempuan ini menjadi sangat penting untuk mempermudah menemukan solusi yang paling tepat. Sekaligus berguna untuk melokalisir konflik, sehingga konflik tidak semakin melebar.Â
Jika tidak kompak dalam mengambil sikap, bisa berdampak negatif karena membuat semakin buruk hubungan antara menantu dan mertua.
Memilih Sikap yang Tepat dan Bermartabat
Mertua laki-laki dan mertua perempuan hendaknya selalu menjadi satu tim yang kompak dalam menghadapi menantu. Mereka tidak membangun permusuhan dengan menantu, namun menjadi tim yang selalu berusaha menyayangi dan menghargai menantu.
Saya ajak Anda membandingkan empat perbedaan sikap mertua dalam menghadapi menantu saat dilanda ketegangan. Pilihan sikap akan sangat menentukan suasana keluarga dan suasana hubungan menantu -- mertua.
Sikap pertama: mertua laki-laki bersikap baik terhadap menantu, mertua perempuan memusuhi menantu