Ia memiliki rasa Ketuhanan yang menyebabkan tindakan, ucapan, pikiran dan perasaan selalu disandarkan kepada aspek Ketuhanan tersebut.
Empati Kognitif
Selanjutnya mertua perlu memiliki empati kognitif, yaitu kemampuan untuk memandang sesuatu pada perspektif orang lain.Â
Mertua mampu melihat realitas berdasarkan perspektif menantu, bukan sekadar perspektifnya sendiri. Empati jenis ini bertumpu pada aspek kognitif.
Empati kognitif bersifat rasional dan logis. Ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari, mertua tidak memaksakan kehendak dan pandangannya kepada menantu. Misalnya tentang tempat tinggal, pekerjaan, dan lain sebagainya.
Dalam hal tempat tinggal dan pekerjaan, semestinya mertua tidak memandang dari perspektif dirinya. Mertua harus bisa melihat dari perspektif sang menantu, lebih nyaman tinggal di mana, lebih enjoy bekerja di sektor apa, dan sebagainya.
Apalagi dalam hal yang sangat teknis, seperti cara mencuci baju. Secara logika, mencuci baju bisa dilakukan dengan banyak cara. Yang penting hasil akhirnya adalah bersih dan rapi.
Empati Emosional
Mertua juga perlu memiliki empati emosional, yaitu kedekatan secara emosional dengan menantu. Secara tulus mertua memberikan kasih sayang kepada menantu, sebagaimana kepada anaknya sendiri. Tidak menganggap menantu sebagai tamu atau orang asing, namun menganggap sebagai keluarga inti.
Empati emosional bertumpu kepada sisi emosi. Dalam berinteraksi dengan menantu, mertua menempatkan menantu sebagai seseorang yang harus dikasihi sepenuh hati. Bukan dimusuhi atau dibenci. Bukan dicaci maki dan disakiti.
Mertua memperlakukan menantu dengan pengertian dan penghargaan. Ingatlah, siapapun menantu Anda, dia adalah anak dari seorang ayah dan seorang ibu yang sangat mencintai dan menyayanginya. Ayah dan ibunya pasti sangat bahagia jika anaknya diperlakukan baik oleh orang lain.