Kita juga harus berusaha menghindari feel-good effect. Di bulan Ramadhan, kita berpuasa, shalat tarawih, banyak bersedekah, banyak berdoa dan amal kebaikan lain. Dengan itu bisa muncul perasaan, "Alhamdulillah, amalku sudah banyak, sehingga sudah cukup untuk masuk surga melalui pintu Ar-Rayyan".
Terlebih lagi, jangan sampai kita memiliki cult of self. Mengkultuskan diri, seakan sudah alim, seakan sudah abid, seakan sudah taqwa, seakan sudah sempurna amalnya. Tidak merasakan ada yang kurang dalam dirinya. Tak merasa ada yang kurang dari amalnya.
Orang-orang salih zaman dulu, sangat khawatir dengan amal mereka. Apakah amal Ramadhan mereka diterima Allah? Mereka merasa tidak aman. Ibnu Rajab Al-Hambali berkata,
:
"Sebagian salaf berkata, 'Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di Ramadhan yang lalu) mereka."
Maka sangat penting untuk mendapatkan feedback dari orang-orang salih. Dengarkan masukan dari orang-orang salih, untuk terus menerus memperbaiki kualitas diri kita. Mumpung Ramadhan, kesempatan untuk memperhatikan, mengenali, dan masuk ke dalam diri sendiri. Menggapai pengenalan dan kesadaran diri yang hakiki.
Â
Bahan Bacaan
Heba El-Haddad, The Four Benefits of Cultivating Self-Awareness, https://khalilcenter.com, diakses 16 April 2021
Hepi Andi Bustomi, 101 Sahabat Nabi, Pustaka Al-KautsarÂ
Imam Al-Ghazali, Kimia Kebahagiaan, Mizan, 1995