Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manajemen Diri, Tak Ada Manusia Sempurna

24 Desember 2020   22:50 Diperbarui: 24 Desember 2020   22:52 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada saat mengikuti acara peringatan Hari Ibu ke 92 tahun 2020 yang dielenggarakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta secara online, saya mendapatkan pernyataan menarik dari bu Anna Kirana. Istri walikota Jogja, yang juga pengusaha ini, adalah perempuan yang super duper sibuk.

Sebagai ibu rumah tangga, istri Walikota, pengusaha, Ketua PKK, beliau juga memimpin 25 organisasi. Tidak bisa dibayangkan seperti apa rempong beliau dalam aktivitas sehari-hari.

Seorang peserta acara bertanya kepada beliau, bagaimana cara mengelola waktu agar semua kewajiban bisa terselesaikan dengan baik? Tentu ini pertanyaan klasik. Namun saya menemukan jawaban yang tidak klasik.

Cukup panjang beliau menjawab melalui media zoom meeting waktu itu. Saya meringkas jawaban beliau menjadi beberapa poin berikut.

Manajemen Diri

Jawaban pertama dari bu Anna atas pertanyaan klasik tersebut sangat menarik perhatian saya. Beliau mengawali jawaban dengan ungkapan, "Jangan takut ketinggalan pada suatu bidang". Ini menjadi landasan dalam menjawab poin-poin berikut ini.

Waktu kita sangat terbatas, sementara kewajiban dan keinginan kita sangat banyak. Maka kita harus bisa menyusun prioritas dalam mengelola kehidupan. Tentukan, apa yang benar-benar kewajiban. Apa yang benar-benar harus kita lakukan.

"Bagi saya, keluarga adalah prioritas", ujar beliau. Maka sesibuk apapun dirinya, akan selalu hadir untuk mendampingi suami dan membersamai anak-anak. Sebab, ini tidak bisa diwakilkan atau didelegasikan.

Kita bisa belajar dari beliau tentang urgensi sebuah prioritas. Terlalu banyak keinginan kita --yang bisa jadi, sebagian besarnya hanyalah syahwat atau sampah dunia maya. Karena terlalu sering melihat dan membaca informasi online, sehingga menimbulkan terlalu banyak keinginan.

Maka harus membuat skala prioritas yang jelas dan tegas. Apa rencana dan program 2021 yang menjadi prioritas utama. Tegaskan, nyatakan, rincikan. Makin jelas prioritas Anda, makin besar peluang untuk sukses menggapainya.

Khusus untuk peserta Kelas Menulis Online (KMO) Alineaku, Kelas Emak Punya Karya (EPK) dan Kelas Bapak Punya Karya (BPK), pastikan apa prioritas Anda di 2021. Mungkin Anda menetapkan prioritas (a) lancar dan mahir menulis (b) membuat dua buku selama setahun, (c) membuat blog sendiri, atau (d) menggenjot pemasaran sehingga tembus 20.000 eksemplar dalam setahun.

Jika memang itu prioritas Anda, maka Anda bisa menyusun langkah dan rencana nyata untuk mewujudkannya. Apa prioritas Anda? Jangan bingung, Anda memang harus memilih, dan harus tega untuk mengambil keputusan.

  • Harus Ada yang Dikorbankan

Konsekuensi dari penetapan prioritas adalah, ada yang tak masuk daftar. Kadang ini menjadi menyakitkan. Harus ada yang dikorbankan, karena tidak semua keinginan kita bisa diwujudkan.

Inilah makna pesan bu Anna Kirana, "Jangan takut ketinggalan pada suatu bidang". Beliau memberikan contoh, di antara hal yang terpaksa harus beliau korbankan adalah hiburan. "Saya sama sekali tidak mengenal artis zaman sekarang, karena tidak sempat melihat TV atau media online. Itu bukan prioritas, maka harus saya korbankan", ujarnya.

Bu Anna juga menceritakan bahwa dirinya tidak memiliki suatu komunitas untuk 'bersenang-senang'. Misalnya, komunitas arisan atau sosialita, yang memiliki banyak agenda refreshing. Semua komunitas yang diikuti adalah dalam rangka tugas.

Jadi, Anda jangan malu jika suatu saat diajak bicara teman, dan tidak nyambung dengan pembicaraannya. Mungkin Anda akan ditertawakan atau dibully, karena dianggap tidak update. Tidak masalah, toh kita tidak harus tahu segala sesuatu.

Khusus untuk peserta Kelas Menulis Online (KMO) Alineaku, Kelas Emak Punya Karya (EPK) dan Kelas Bapak Punya Karya (BPK), jangan takut disebut ketinggalan di bidang lain. Jika Anda sudah memasukkan "menulis" sebagai aktivitas prioritas, tidak masalah jika Anda tidak piawai dalam hal-hal lain.

Anda tidak mungkin bisa aktif di semua komunitas. Jika Anda sudah memilih aktif di komunitas menulis, bisa jadi beberapa komunitas lainnya terpaksa dikorbankan. Andai Anda ingin masuk ke 100 komunitas, tentu Anda harus membuat prioritas, komunitas apa saja yang benar-benar Anda aktif di dalamnya. Yang lain hanya 'setor nama' karena tidak enak untuk meninggalkan.

  • Belajar kepada Orang Lain

Poin ketiga, bu Anna menyarankan agar kita tidak malu dan tidak sungkan belajar kepada orang lain. Bu Anna menceritakan, dirinya datang kepada seorang perempuan sepuh yang sangat aktif di PKK Kota Jogja sejak masih muda. Beliau belajar kepada perempuan itu untuk menyerap ilmu dan pengalaman.

Poin ini sangat relevan, sesuai dengan teori self-improvement Dr. Tasha Eurich yang menyarankan kita semua untuk membuka diri terhadap feedback. Belajar tiada henti untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas diri.

Khusus untuk peserta Kelas Menulis Online (KMO) Alineaku, Kelas Emak Punya Karya (EPK) dan Kelas Bapak Punya Karya (BPK), mari terus belajar. Jangan malu untuk bertanya dan menimba ilmu dari orang lain --bahkan jika orang itu lebih yunior dibandingkan kita. Jangan merasa senior, sehingga merasa sudah baik sehingga tidak mau belajar.

Inilah manajemen diri yang relevan diterapkan oleh para pembelajar. Bagi Anda yang ingin sukses menjadi penulis --(1) tetapkan menulis sebagai prioritas (2) korbankan hal yang bukan prioritas (3) terus menerus belajar menulis.

Anda pasti bisa.

Bahan Bacaan

Tasha Eurich, What Self-Awareness Really Is (and How to Cultivate It), https://hbr.org, 4 Januari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun