Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengakhiri 2020, Tiap 5 Pernikahan Terjadi 1 Perceraian

5 Desember 2020   21:18 Diperbarui: 28 April 2021   07:26 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Hampir setiap menit terjadi satu perceraian. Terlebih Kemenag telah menyatakan, setiap lima pernikahan, terjadi satu perceraian. Mengerikan.

Semangat yang harus terus menerus kita bangun adalah bersatu. Itu sebabnya kita menyatakan NKRI harga mati. Kita tidak mau bercerai berai, sesuai sesanti Bhinneka Tunggal Ika. Sesuai dengan sila Persatuan Indonesia dalam Pancasila. Semua konflik antar anak bangsa, harus bisa ditemukan solusi damai.

Demikian pula dalam kehidupan rumah tangga. Hendaknya kita selalu berorientasi menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangga. Berbagai dinamika di sepanjang kehidupan pernikahan, hendaknya bisa diselesaikan dengan jalan damai. Ada sangat banyak cara yang bisa ditempuh guna menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangga.

Satu dari Lima

Sayangnya, kasus perceraian di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung, dalam lima pernikahan, terdapat satu kasus perceraian.

Pada tahun 2015, terdapat 394.246 kasus perceraian di Indonesia. Pada tahun 2016 bertambah menjadi 401.717 kasus. Pada tahun 2017 kembali mengalami peningkatan menjadi 415.510 kasus. Tahun 2018 mengalami peningkatan lagi menjadi 444.358 kasus. Tahun 2019 mencapai 480.618 kasus.

Sementara itu, pada 2020 di Agustus jumlah perceraian sudah mencapai 306.688 kasus. Meski belum ada data di akhir 2020 ini, namun kecenderungannya masih meningkat.

Mari kita cermati data-data di atas. Dari tahun 2015 ke 2016 naik 7.471 kasus. Dari tahun 2016 ke 2017 naik 13.793 kasus. Dari tahun 2017 ke 2018 naik 28.848 kasus. Dari tahun 2018 ke 2019 naik 36.260 kasus. Naiknya makin tajam dari tahun ke tahun.

Jumlah kenaikan selama lima tahun sebanyak 86.372 kasus. Jika dirata-rata dalam 5 tahun, terjadi kenaikan 17.274 kasus perceraian setiap tahun. Saya ambil pembulatan ke bawah saja, sekedar untuk memudahkan penghitungan. Tiap tahun rata-rata naik 17.000 kasus perceraian.

Tentu saja tidak seperti ini cara menghitungnya. Karena ada tren kenaikan setiap tahun. Tapi saya tidak menghitung faktor prosentase kenaikan setiap tahun. Justru saya rata-rata, agar 'rendah'.

Kalau melihat data kenaikan lima tahun di atas, semestinya kenaikan di tahun 2020 ini sekitar 40.000 kasus. Ini mengerikan. Saya ambil yang rendah saja. Dengan jalan membuat rata-rata.

Jika tahun 2019 terjadi 480.618 kasus, dengan rata-rata kenaikan 17.000 tiap tahun, maka di akhir tahun 2020 ini, paling tidak akan terjadi 497.618 kasus. Setara dengan 1.363 kasus cerai setiap hari, atau 56 perceraian setiap jam.

Jika dihitung dengan kemungkinan kenaikan sebanyak 40.000 kasus, berarti di akhir 2020 akan ada 520.618 kasus. Setara dengan 1.426 kasus cerai setiap hari, atau 59 perceraian setiap jam.

Hampir setiap menit terjadi satu perceraian. Terlebih Kemenag telah menyatakan, setiap lima pernikahan, terjadi satu perceraian. Mengerikan.

Baca: Meningkatnya Angka Perceraian, Perlukah Konseling Pranikah?

Berdamai dengan Permasalahan

Kita tidak mungkin menciptakan rumah tangga tanpa masalah. Mustahil. Semua rumah tangga pasti memiliki masalah.

Maka yang harus kita kuatkan adalah kemampuan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah. Bukan lari dari masalah. Bukan menghindari dari masalah.

Secara spiritual, berbagai permasalahan dalam kehidupan akan mudah diselesaikan jika berbekal ketakwaan. Orang-orang bertakwa diberikan jalan keluar yang nyata (QS. Ath-Thalaq : 2), rejeki dari arah yang tidak disangka (QS. Ath-Thalaq : 3), dan kemudahan dalam setiap urusannya (QS. Ath-Thalaq : 4).

Bahkan Allah menjanjikan untuk  memberikan ilmu pengetahuan yang diperlukan (QS. Al-Baqarah : 282). Termasuk ilmu untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan. Dengan takwa, Allah beri tahu cara keluar dari setiap masalah.

Secara emosional, berbagai permasalahan akan menjadi ringan dan mudah diselesaikan, apabila ada kelapangan dada (QS. Thaha : 25 -- 28). Jika dada lapang, urusan apapun akan menjadi mudah. Lidah akan luwes berkata-kata, sehingga mudah dimengerti maksudnya.

Secara manajerial, berbagai permasalahan selalu ada resolusi yang tepat. Jika pasangan suami istri sudah berbekal ketakwaan, pengetahuan, serta kelapangan dada, akan bisa memilih manajemen konflik yang tepat. Manajemen hanya alat dan sarana. Yang paling utama adalah kondisi jiwa.

Mari berdamai dengan permasalahan dalam kehidupan. Berendah hatilah, untuk bersama pasangan menemukan jalan keluar yang paling aman dan nyaman.

Selamat menyambut harapan baru, musim semi usai pandemi nanti.

Bahan Bacaan: [1] [2] [3] [4] [5]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun