Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rumahku Istanaku

3 November 2020   08:31 Diperbarui: 3 November 2020   08:35 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika ditanyakan, "Di mana Anda tinggal?" Apa jawaban Anda? Umumnya, kita akan memberikan alamat rumah. Sekali lagi : alamat rumah. Bukan alamat kantor atau warung tempat nongkrong.

Hal ini karena, pada umumnya semua manusia tinggal di rumah.  Umumnya manusia menempati rumah, berkumpul dan berkegiatan bersama di rumah. Bahkan manusia purba sekalipun, mereka memiliki "rumah", entah di pohon, di goa, atau di dalam hutan dengan membuat batas dan penutup.

Fungsi yang sangat mendasar dari sebuah rumah adalah memberikan nilai-nilai dasar kehidupan bagi semua penghuninya. Setiap anak yang tumbuh besar di dalam rumah bersama keluarganya, ia akan mendapatkan jawaban tuntas atas berbagai pertanyaan fundamental dalam kehidupan.

Rumah mampu memberikan definisi nilai, tentang baik - buruk, benar - salah, patut - tidak patut, dan lain sebagainya. Rumah juga bisa memberikan perlindungan kepada semua anggota keluarga. Bukan hanya perlindungan secara fisik, namun juga hal-hal yang bersifat psikis.

Hal penting lainnya dari sebuah rumah adalah memberikan fungsi emosional bagi semua anggota keluarga. Di dalam rumah, semua anggota keluarga bisa saling mengekspresikan cinta dan kasih sayang.

Rumah menjadi sarana bagi setiap anggotanya untuk merasakan penerimaan dan penghargaan. Mereka bisa saling bersosialisasi secara positif dalam kehidupan sehari-hari, sebagai wujud dan penyaluran potensi kemanusiaan.

Rumah memiliki fungsi ekonomi bagi semua penghuninya. Dari rumah, bisa didapatkan kecukupan kebutuhan ekonomi yang mendasar. Rumah juga sebagai sarana untuk kehidupan sosial yang sehat.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Rumahku Istanaku

Saya mendapatkan catatan menarik dari buku "Jejak Petualang Tak Pernah Hilang", karya Warlinah (2020). Penulis menggambarkan rumah sebagai istana. Demikianlah yang semestinya kita nikmati.

Warlinah menceritakan perjuangan untuk bisa membangun sebuah rumah di Sangatta, Kalimantan Timur. Menurutnya, memiliki rumah merupakan kebahagiaan tersendiri. Ada kebanggaan jika rumah yang dimiliki adalah hasil jerih payah sendiri. Memiliki rumah sendiri meski sederhana lebih nyaman ketimbang rumah mewah tapi milik orang lain.

Sangat mudah memahaminya. Di rumah, kita beraktivitas bersama, tumbuh bersama, dan merasakan segala dinamika, suka duka, di setiap sudut-sudutnya. Kita telah menyimpannya, sangat dalam. Sangat berkesan. Cinta, kasih sayang, rindu, semua tersimpan dengan sangat rapi di dalam rumah.

Kita tidak mungkin melupakannya begitu saja. Kenangan yang selalu kita ciptakan bersama seluruh anggota keluarga, adanya di dalam rumah. Semua dari kita terikat oleh kenangan-kenangan yang kita ciptakan dari rumah bersama keluarga.

Kita bukan hanya tidur, santai dan beristrahat di rumah. Kita bahkan bercita-cita, bermimpi, membangun visi, membangun harapan, bersama seluruh anggota keluarga. Kita menyusun banyak proposal kehidupan, kita merancang berbagai peluang masa depan yang lebih menjanjikan.

Ada harapan dalam skala individu yang dibangun oleh setiap anggota keluarga, ada harapan dalam skala kolektif yang diinginkan oleh semua anggota keluarga, bahkan ada harapan terhadap masyarakat, bangsa, negara dan peradaban dunia. Semua dibangun dari dalam rumah. Yang tertinggi adalah harapan untuk terus bersama hingga kelak di surga Allah Ta'ala.

Jika kita sering menyebut istilah sakinah, mawadah dan rahmah, maka semua hanya ada di rumah. Tidak kita jumpai di hotel mewah, tidak kita jumpai di rumah tetangga, tidak pula di bandara. Kita menjumpai ketenangan itu hanya di rumah. Kita bisa tidur nyenyak, bisa istirahat dengan tuntas, bisa merasa aman, di dalam rumah.

Betapa rasa tenang, aman, nyaman kita rasakan di dalam rumah, walau rumah kita sederhana dan apa adanya. Saat rasa lelah dan jenuh melanda, maka pulang ke rumah adalah pilihan yang tepat. Di rumah kita mendapat limpahan ketenangan. Di rumah, kita mendapatkan asupan cinta.

Jika aktivitas sehari-hari telah membuat kita terjebak dalam kehidupan yang melelahkan, maka pulang ke rumah telah membuat kita menemukan kedamaian. Di rumah, kita mendapatkan kembali energi, mendapatkan limpahan spirit yang sangat besar.

Di rumah kita mengembangkan tradisi ibadah sehingga membuat energi hidup kita berlimpah ruah. Di rumah kita menguatkan ketaatan kepada Allah, dengannya spirit kita menjadi kian bertambah.

Itulah mengapa rumah menjadi istana bagi penghuninya. Melalui buku "Jejak Petualang Tak Pernah Hilang", kita diajak untuk kembali mensyukuri nikmat rumah dengan segala kondisi yang sakinah, mawadah warahmah.

Bahan Bacaan
Warlinah, Jejak Petualang Tak Pernah Hilang, Madani Kreatif, Yogyakarta, 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun