Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sesulit Apakah Kita Saling Bicara dengan Pasangan?

2 November 2020   16:59 Diperbarui: 2 November 2020   19:44 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: www.parenting.co.id)

Sepuluh tahun yang lalu, sebuah jajak pendapat digelar oleh situs SheKnows. Polling itu diikuti oleh ribuan wanita pembacanya. Meski sudah cukup lama, namun hasilnya menggeltik untuk kita baca.

Pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah, "What is the most challenging part of marriage?" atau jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia ialah, "Hal apakah yang paling sulit dalam pernikahan?"

Jika pertanyaan sama ditujukan kepada Anda, jawaban apakah yang akan Anda berikan untuk polling tersebut? Sudah pasti, jawaban responden sangat subyektif. Hasil apapun yang dihasilkan oleh polling ini, tidak memberikan perspektif tentang "kebenaran" yang berlaku secara umum.

Ini sama seperti ketika saya melakukan polling kepada sekelompok orang dengan mengajukan pertanyaan, "Makanan apa yang paling tidak Anda sukai?" Tentu jawabannya sangat subyektif. Jawaban apapun, tidak bisa digunakan untuk menyatakan "kebenaran" yang berlaku umum.

Meski demikian, hasil jajak pendapat ini menarik untuk kita pelajari. Untuk menjadi pengingatan bagi pasangan suami istri, agar semakin pandai dalam membangun keharmonisan dalam pernikahan.

Hasil polling menyatakan, ada lima hal paling sulit dalam kehidupan berumah tangga. Saya tidak akan menyampaikan kelima hal tersebut. Silakan disimak selengkapnya di situs SheKnows pada 1 April 2010.

Berbicara dengan Pasangan
Urutan pertama dari daftar "lima hal tersulit dalam kehidupan keluarga" menurut versi situs SheKnows adalah berbicara dengan pasangan. "Thirty-six percent of readers say that the hardest part of being with a man is talking to him".

Berbicara adalah kebutuhan semua manusia. Hampir semua manusia di muka bumi ini saling berbicara satu dengan yang lain. Bahkan tampak sebagai sebuah aktivitas yang sangat mudah untuk dilakukan oleh semua orang. Bahkan anak-anak kecil sekalipun.

Namun ternyata 36 % responden menyatakan bahwa bagian tersulit dalam pernikahan adalah berbicara dengan pasangan. Apa yang sesungguhnya terjadi dengan mereka?

Situs SheKnows memberikan data, bahwa kurangnya komunikasi merupakan salah satu penyebab utama perceraian di Amerika Serikat. 

Bisa jadi, hal ini juga terjadi di Indonesia dan berbagai negara lainnya. Bahwa problematika rumah tangga bermula dari ketidakmampuan berkomunikasi dengan pasangan.

Berbagai studi yang dilakukan oleh banyak ahli menunjukkan, laki-laki dan perempuan memang memiliki banyak perbedaan, termasuk struktur otak mereka. Hal ini berpengaruh terhadap interaksi dan komunikasi di antara mereka. Laki-laki dan perempuan juga berbeda dalam menghadapi kecemasan atau permasalahan hidup. 

Jurnal Psychological Review terbitan Juli 2000 mengungkapkan bahwa laki-laki dan perempuan mengatasi kecemasan dengan cara berbeda. Umumnya perempuan cenderung mencari tempat curhat dari rekan-rekan perempuannya. Mengungkapkan rasa takut, mencari perhatian dari sesama perempuan, ternyata mampu menurunkan tingkat kecemasan. Di Indonesia, program curhat kepada Mamah Dedeh sangat digemari ibu-ibu.

Berbicara dengan pasangan (Sumber: Dokumen pribadi)
Berbicara dengan pasangan (Sumber: Dokumen pribadi)
Sebaliknya, laki-laki lebih memilih diam ketika menghadapi masalah berat, atau bahkan menghilang dari pergaulan. Ini gejala yang sering disebut sebagai "fight of flight". 

Hormon adrenalin lelaki mengajaknya menghadapi tantangan dengan perlawanan, fight. Namun jika ia merasa tidak nyaman untuk melawan, akan cenderung menghilang, ini yang disebut flight.

Saat lelaki merasa mendapat perlakuan tidak nyaman dari orang lain, ia akan menghadapi dengan konfrontasi, fight. Namun ketika perlakuan itu datang dari sang istri, ia tidak "tega" untuk menunjukkan sikap fight. Ia sadar sepenuhnya harus mengasihi dan melindungi sang istri. Ia sadar sepenuhnya tak boleh menyakiti istri.

Untuk itu ia memilih menghilang, flight. Banyak laki-laki akan berusaha menghindar ketika istrinya mulai mengatakan, "Kita harus bicara...". Kalimat hal itu dipahami oleh laki-laki bahwa mereka harus mengungkapkan perasaan. Ini adalah ketidaknyamanan tersendiri bagi kebanyakan laki-laki.

Ketika laki-laki memilih sikap flight, menjauh dari pasangan, membuat sang istri merasa dilecehkan. Mereka akan berpikir bahwa sang suami adalah sosok yang tidak bertanggung jawab.

"Diajak bicara belum selesai, malah pergi. Benar-benar tidak bertanggung jawab", demikian pikiran dan perasaan sang istri.

Padahal menghilangnya suami adalah upaya untuk menghindarkan sang istri dari sikap fight yang bisa lebih menyakitkan. Suami memilih untuk flight, bukan fight, saat menghadapi sang istri, agar tak ada kekerasan yang dilakukan kepada istri.

Hal yang diperlukan adalah kemampuan membangun kohesi --yang oleh Prof. Olson didefinisikan sebagai emotional closeness. Jika suami istri telah mampu membangun sikap sebagai "libas" atau pakaian sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an, artinya mereka telah memiliki kohesi.

Kedekatan dan kehangatan emosional antara suami dan istri inilah yang menyebabkan mereka mudah berkomunikasi satu dengan yang lain. Tanpa kohesi, berbagai teori komunikasi yang pernah mereka pelajari tak akan mampu menyelamatkan pernikahan. Berbicara menjadi hal yang sulit, dan sering menghasilkan salah paham.

Ternyata, sekadar berbicara pun tidak cukup mudah. Maka harus ada kehangatan emosional yang dibangun sejak awal antara suami dan istri. Dengan kohesi yang bagus, akan tercipta kenyamanan berbicara dan menghilangkan sekat-sekat jiwa di antara mereka.

Sesungguhnya, tidak sulit untuk saling bicara. Anda berdua hanya memerlukan kedekatan dan kehangatan emosional. Jadilah "libas" yang saling melekat dengan nyaman.

Bahan Bacaan:

  1. DH. Olson, Circumplex Model of Marital and Family Systems, dalam Journal of Family Therapy vol. 22 (144-167), 2000
  2. SheKnows, What's the Most Challenging Part of Marriage? Readers Reveal, www.sheknows.com, 1 April 2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun