Banyak anak-anak terlahir di desa, di seluruh pelosok Nusantara ini, dari kalangan petani yang sederhana. Sebagian dari mereka menjadi minder dengan status 'anak desa' atau status 'anak petani'. Noto Susanto telah menunjukkan bahwa meski jarak kampung halamannya ke Kota Palembang --ibu kota provinsi---sejauh 9 jam perjalanan, namun ia bisa 'menaklukkan' pertarungan di ibukota negara.
Sangat banyak orang ingin berada di posisi yang didudukinya saat ini. Tentu ia sangat bahagia dengan karunia Allah berupa kesempatan dan kedudukan. Ia ingin mengajak semua orang memandang kehidupan dengan kaca mata positif.
Ini berkah dari doa kedua orangtua yang memberi nama dirinya Noto Susanto. Pada zaman ia lahir, ayah Bang Noto mengamati, bahwa banyak orang Jawa sukses dalam kehidupan. Ayah Bang Noto ingin mengambil 'spirit sukses' tersebut, dan meniupkan ke dalam jiwa anaknya melalui nama. Orangtua Bang Noto ingin anaknya kelak menjadi orang yang sukses.
Alhamdulillah, doa kedua orangtua terkabulkan. Bang Noto yang berangkat dari pelosok desa, sangat jauh dari ibukota negara, telah membuktikan dirinya mampu bersaing dengan anak-anak dari ibukota. Keterbatasan yang dimiliki orangtuanya, tidak menyurutkan semangat menjemput sukses.
Never give up. Tidak boleh menyerah dengan keadaan. Harus selalu berjuang melakukan hal terbaik. Bisa membangun keluarga bahagia sejahtera. Bisa memberi kemanfaatan bagi masyarakat luas. Ia telah melakukan peran "Noto Susanto" dengan benar. Menata kehidupan dengan kelembutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
