Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Harapan Pasca Wabah yang Mencekam

11 April 2020   12:17 Diperbarui: 11 April 2020   12:31 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
picture: amazone.com

Membangun Harapan dengan Tujuh Prinsip Terapi Berpikir Positif

Di tengah pandemi corona, banyak orang mengalami kegagalan dalam menemukan sisi-sisi kebaikan dari wabah yang tengah melanda. Salah satu sebabnya adalah, karena manusia cenderung melihat musibah secara negatif, atau melihat sisi negatif dari musibah yang sedang terjadi. Karena yang dilihat selalu sisi negatifnya, maka akan membentuk kesedihan, kedukaan, kemurungan, kegelisahan, kemarahan, ketertekanan, dan serangkaian emosi negatif lainnya.

Muwafik Saleh (2012) menyatakan, bahwa berpikir positif adalah pikiran yang mengarahkan seseorang untuk melihat sesuatu secara positif atau melihat sesuatu dari segi positifnya. Hal ini sejalan dengan prinsip terapi yang dikemukakan oleh Dr. Ibrahim Elfiky, yang merumuskan "7 Prinsip Terapi Berpikir Positif", sebagai berikut.

Masalah dan kesengsaraan hanya ada dalam persepsi

Wabah corona yang sekarang tengah melanda dunia adalah nyata, namun yang membuatnya menjadi beban masalah dalam diri Anda adalah persepsi Anda sendiri. Menurut Elfiky, "Jika ingin mengubah kenyataan hidup Anda, mulailah dengan mengubah persepsi Anda". Ini juga sering disebut sebagai "memberi makna ulang atas peristiwa yang sudah terjadi".

Berikan makna ulang yang positif atas wabah yang tengah melanda dunia, termasuk negara kita. Menurut Elfiky, "Akal manusia hanya bisa fokus pada satu informasi dalam satu waktu". Jika Anda mengubah persepsi Anda tentang musibah, memikirkannya sebagai hadiah terindah dari Allah, menerimanya sebagai pernyataan cinta dari Allah, maka Anda akan menemukan cahaya di hadapan Anda.

Coba anda bangun persepsi baru: bahwa Allah tengah menguji keimanan dan kualitas diri Anda dengan musibah ini. Bahwa Allah menghendaki kualitas kebaikan, kedewasaan, kematangan dan kebijaksanaan Anda meningkat melalui musibah ini. Bahwa Allah menghendaki anda menjadi orang yang lebih kuat dan lebih tangguh dalam menghadapi persoalan lain di masa yang akan datang. Bahwa Allah tengah menyatakan cintaNya kepada anda melalui musibah ini, sebagaimana sabda Nabi, "Sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Ia menguji mereka" (HR. Ath-Thabrani dalam Mu'jamul Ausath).

Coba Anda bangun persepsi baru : bahwa Allah berkenan menghapuskan dosa-dosa Anda melalui wabah ini. Nabi saw telah bersabda, "Tidaklah sesuatu yang menimpa muslim, baik penyakit biasa maupun menahun, kegundahan dan kesedihan, sampaipun duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapus kesalahannya dengan semua derita yang dialaminya." (HR. Bukhari).

Coba Anda bangun persepsi baru : bahwa Allah berkenan mengampuni Anda melalui wabah ini. Nabi saw telah bersabda, "Barangsiapa yang ditimpa musibah pada hartanya atau dirinya, lalu dia menyembunyikannya dengan tidak mengeluh kepada manusia, maka haq atas Allah untuk mengampuninya". (HR. Ath-Thabrani).

Coba Anda bangun persepsi baru : bahwa Allah tengah memberikan nikmat yang agung kepada Anda. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan, "Musibah dijadikan oleh Allah sebagai sebab penghapus dosa dan kesalahan. Bahkan ini termasuk nikmat yang paling agung. 

Maka seluruh musibah pada hakikatnya merupakan rahmat dan nikmat bagi keseluruhan makhluk, kecuali apabila musibah itu menyebabkan orang yang tertimpa musibah menjadi terjerumus dalam kemaksiatan yang lebih besar daripada maksiat yang dilakukannya sebelum tertimpa".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun