Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

The Boiling Frog

22 Maret 2020   10:29 Diperbarui: 22 Maret 2020   10:44 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apabiila seekor katak ditaruh di dalam bejana berisi air mendidih, katak tersebut akan langsung melompat keluar. Namun apabila katak ditaruh di dalam bejana berisi air dingin yang dipanaskan secara sangat perlahan, katak tersebut tidak mengetahui tengah dalam bahaya. Karena terlena, katak akan mati "suka rela". Ini yang dimaksud fenomena "the boiling frog". Kematian karena keterlenaan dan kesembronoan.

Manusia cenderung cepat berespon menjauh atau menghindar, apabila mengetahui ada bahaya besar atau ekstrem yang langsung dirasakan atau langsung berdampak kepada dirinya. Namun cenderung abai dan tidak berespon cepat, untuk bahaya yang tidak secara ekstrem menimpa dirinya. Perubahan besar yang terjadi secara bertahap atau perlahan, cenderung tidak segera dipahami dan tidak segera direspon.

Coba kita perhatikan. Masih banyak masyarakat kita yang mengabaikan dan menyepelekan himbauan untuk melakukan social distancing. Masih banyak masyarakat kita mengabaikan fatwa MUI, NU, Muhammadiyah dan lembaga Islam lainnya, dalam menyikapi COVID 19. Masih banyak masyarakat kita mengabaikan himbauan pemerintah, pihak berwenang, serta pendapat ahli, dalam menghadapi virus corona saat ini.

Haruskah Indonesia mengalami kejadian buruk seperti China dan Italia? Na'udzu billahi min dzalik. Jangan sampai hal itu terjadi di negeri tercinta ini. Mari kita secepat mungkin merespon fatwa MUI, NU dan Muhammadiyah dalam menghadapi COVID 19 ini. Mari hormati pula saran ahli. Kita lawan corona bersama-sama.

Perbanyak berkegiatan di rumah. Hindari keramaian dan kerumunan. Hindari acara pertemuan. Jaga jarak aman jika terpaksa keluar rumah. Hindari sentuhan fisik langsung dengan orang lain. Sering-sering mencuci tangan dengan sabun, dan lain-lain.

Di atas semuanya, tawakal kepada Allah, berlindung hanya kepada Allah, memohon keselamatan dari Allah. Tidak perlu panik, tidak perlu takut berlebihan menghadapi kasus corona. Sandaran terkuat adalah Allah Ta'ala. Perlindungan paling aman adalah kepada Allah. Selalu berdoa, semakin memperbanyak pendekatan kepadaNya. Mati dan hidup, semua adalah keputusanNya.

Itu semua adalah usaha-usaha manusia yang harus kita lakukan. Jangan terlena seperti katak dalam bejana. Padahal api sudah jelas menyala.

Yogyakarta 21 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun