Anak tidak memiliki pilihan, bahkan terkait menu makanan. Pola seperti ini membuat anak tidak bisa mengambil keputusan. Mereka menjadi lemah dan bergantung kepada orangtua. Inilah racun yang membahayakan anak, meskipun orangtua melakukan itu semua atas nama cinta.
- Menginterogasi anak
Banyak orangtua sangat ingin anaknya terbuka kepada dirinya, akan tetapi dengan cara interogasi dan investigasi yang membuat anak merasa tidak nyaman.Â
Seakan anak tidak memiliki ruang privasi, tak ada yang boleh disembunyikan, semua harus diceritakan kepada orangtua. Anak merasa tertekan dan tidak nyaman, jika diperlakukan dengan model interogasi dan investigasi. Seakan anak tengah berhadapan dengan pemeriksaan polisi atas kasus yang sedang dihadapi.
- Membagi masalah pribadi kepada anak
Sebagian orangtua bersikap 'ember' kepada semua orang, termasuk kepada anaknya sendiri. Mereka tidak bisa memilahkan mana yang patut disampaikan kepada anak dan mana yang tidak patut disampaikan kepada anak. Ketika sedang konflik dengan pasangan, seorang istri curhat kepada anaknya.Â
Ketika sedang ada masalah keuangan yang pelik, seorang ayah curhat kepada anaknya yang masih kecil. Anak-anak menjadi terpapar masalah orang dewasa, yang belum mampu mereka tanggung pada logika umurnya.
- Merendahkan rasa percaya diri anak
Ada banyak orangtua yang melakukan bullying terhadap anaknya sendiri. Jadi, kasus bullying bukan hanya terjadi di sekolah, bukan hanya terjadi di lingkungan masyarakat, bukan hanya terjadi di medsos, bahkan terjadi di rumah, dilakukan oleh orangtua terhadap anak-anak mereka sendiri.Â
Baca juga: Idul Adha 1441 H, Momentum Meneladani Ketahanan Keluarga Nabi Ibrahim AS
Misalnya, orangtua yang mengejek serta menghina anak karena nilai raportnya minim. Ungkapan "Bodoh kamu" dan yang semcamnya, adalah kekerasan psikologis terhadap anak yang menjatuhkan rasa percaya diri mereka.
Itu semua adalah contoh racun yang ditaburkan orangtua terhadap anak. Dalam dosis tertentu, semua racun tersebut melumpuhkan potensi kebaikan anak, dan menumpuk menjadi trauma serta kekecewaan yang berlebihan.
Hari Raya Idul Adha atau Idul Qurban selalu membawa kita kepada keteladanan Nabi Ibrahim As, baik secara pribadi maupun keluarga beliau.Â