Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tombol "Pause" Pertengkaran Suami-Istri

7 Agustus 2019   06:44 Diperbarui: 7 Agustus 2019   20:39 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan kencan (shutterstock)

Hidup berumah tangga bukanlah suatu ritual ataupun rutinitas yang mekanik, Kehidupan setelah pernikahan memerlukan ilmu, seni dan manajemen yang unik. Tidak bisa disamakan dengan lembaga, organisasi, perusahaan atau instansi apapun. 

Oleh karena itu, suami dan istri sebagai pembentuk awal sebuah rumah tangga, harus bersedia untuk terus menerus belajar dan berproses untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.

Meski unik dan tak sama dengan hal-hal lainnya, namun rumah tangga memiliki kesamaan dengan alat pemutar musik jaman dulu. 

Orang jaman dulu memiliki tape recorder untuk memutar musik, murattal atau ceramah, melalui cassette, lalu zaman berikutnya orang mengenal Walkman untuk menikmati musik, dan di jaman sekarang semakin banyak sarana untuk mendengarkannya.

Secara umum, alat pemutar musik memiliki tombol on, off, play, stop, pause, rewind, dan forward. On untuk menghidupkan alat pemutar musiknya, off untuk mematikan. 

Play untuk memainkan atau mendengarkan music, stop untuk mengakhiri, dan pause untuk menjeda musik yang tengah diputar. Rewind untuk memutar ulang ke belakang dengan cepat, dan forward untuk memutar ke depan dengan cepat.

On dan Off dalam Pernikahan

Saat menikah, maka tombol ON sudah difungsikan. Saat itu, kehidupan pernikahan dengan segala dinamikanya pun telah dimulai. 

Hendaknya tidak perlu menggunakan tombol OFF untuk mengakhirinya. Tombol off perlu ada sebagai jalan keluar terakhir apabila berbagai persoalan tak bisa lagi diselesaikan. 

Off dalam pernikahan berarti mengakhiri, dengan perceraian. Tombol ini ada hanya untuk kondisi yang sangat darurat, yang sudah tidak ada pilihan lain kecuali mengakhirinya.

Seperti argo taksi yang terus berjalan semenjak tombol on difungsikan, demikian pula kehidupan ibadah melalui pernikahan sudah dimulai semenjak akad nikah. 

Biarkan dalam kondisi on terus menerus, karena berumah tangga adalah ibadah paling panjang dalam kehidupan manusia. Tak perlu ada off, biarkan ibadah ini berlangsung terus menerus sepanjang hidup suami dan istri.

ilustrasi : alamy stock photo
ilustrasi : alamy stock photo
Tombol Play, Pause dan Stop Saat Konflik

Ketika suami dan istri mulai memasuki konflik, saat itu mereka tengah menghidupkan fungsi tombol PLAY. Hendaknya suami dan istri sadar sepenuhnya, bahwa mereka sudah berada dalam gelanggang konflik. Jika mereka tidak sadar, maka konflik akan terus berkembang dan membesar. 

Jika mereka sadar, maka akan segera mengakhiri konflik dan mencari jalan penyelesaian terbaik. Mengakhiri konflik, artinya secara sadar menghidupkan fungsi tombol STOP pertengkaran. 

Namun ada kalanya, suami dan istri harus memungsikan tombol PAUSE saat berada dalam berbagai situasi konflik. Pause berfungsi untuk membuat jeda, belum mengakhirinya. 

Terkadang pertengkarang tengah berlangsung dan belum klimaks, namun harus melakukan PAUSE karena ada kondisi yang membuat mereka berdua harus sadar untuk melakukan hal itu. Jeda sejenak pertengkaran anda berdua, apabila berada dalam situasi seperti ini:

  • Saat Konflik di Depan Anak-anak

Saat suami istri tersulut pertengkaran di depan anak-anak, segera tekan tombol pause. Hentikan segera pertengkaran. Jangan pernah bertengkar di depan anak-anak. 

Mereka tidak siap melihat orangtua bertengkar. Hati mereka akan terluka dan bahkan bisa menimbulkan trauma jika melihat orangtua bertengkar di depan mereka. 

Pada sisi yang lain, bertengkar di hadapan anak-anak berarti telah mengajarkan kepada mereka egoisme dan kekerasan. Suami dan istri secara sadar harus segera menghidupkan tombol pause saat itu juga.

  • Saat Konflik di Depan Orangtua atau Mertua

Saat suami istri tersulut pertengkaran di depan orangtua atau mertua, segera tekan tombol pause. Hentikan segera pertengkaran. Jangan bertengkar di depan orangtua atau mertua. Mereka tidak siap melihat anak dan menantu bertengkar. 

Di usia tuanya, mereka ingin menyaksikan anak-anak dan menantu hidup rukun serta bahagia bersama cucu-cucu. Bertengkar di hadapan orangtua atau mertua, berarti telah membuat mereka tersakiti dan terluka. 

Anda telah menambah beban kepada mereka yang mulai ringkih. Maka sehebat apapun kemarahan anda kepada pasangan, jangan anda ekspose di hadapan orangtua atau mertua.

  • Saat Konflik di Depan Tetangga

Saat suami istri tersulut pertengkaran di depan tetangga, segera tekan tombol pause. Hentikan segera pertengkaran. Jangan bertengkar di depan tetangga. Mereka tidak senang melihat anda berdua bertengkar. 

Sebagai tetangga mereka tidak mau terganggu dengan pertengkaran yang menimbulkan keributan dan gejolak sosial. Di suatu kompleks pemukiman, pertengkaran yang terekspos akan menjadi bahan gunjingan, karena telah meresahkan warga. 

Maka sehebat apapun kemarahan anda kepada pasangan, jangan anda ekspose di hadapan tetangga. Segera fungsikan tombol pause saat itu juga.

  • Saat Konflik di Ruang Publik

Saat suami istri tersulut pertengkaran di tempat umum, segera tekan tombol pause. Hentikan segera pertengkaran. Jangan bertengkar di ruang publik. Itu akan menjatuhkan martabat dan kewibawaan anda beserta pasangan. 

Apalagi di zaman sekarang, banyak orang membawa smartphone yang dengan mudah bisa merekam adegan pertengkaran anda dengan pasangan. 

Di youtube kita bisa mendapatkan kiriman netizen, adegan pertengkaran yang terjadi di ruang publik. Apapun penyebab konflik dengan pasangan, adalah masalah privat yang tak layak diumbar ke publik. 

Maka sehebat apapun kemarahan anda kepada pasangan, jangan anda ekspose di ruang publik. Segera fungsikan tombol pause saat itu juga.

  • Saat Konflik dalam Perjalanan

Saat tersulut pertengkaran dalam perjalanan, segera tekan tombol pause. Hentikan segera pertengkaran. Jangan bertengkar saat dalam perjalanan, walaupun anda menggunakan mobil pribadi, berdua saja dengan pasangan. 

Saat mengemudi, anda memerlukan ketenangan. Jika anda tersulut emosi, sangat membahayakan perjalanan. Saat melakukan travelling, anda harus menciptakan suasana kegembiraan agar bisa menikmati perjalanan bersama pasangan. 

Jeda dulu pertengkaran anda. Tuntaskan perjalanan tanpa pertengkaran. Maka sehebat apapun kemarahan anda kepada pasangan, jangan anda ekspose dalam perjalanan. Segera fungsikan tombol pause saat itu juga.

  • Saat Konflik Menjelang Tidur Malam

Saat suami istri tersulut pertengkaran menjelang tidur malam, segera tekan tombol pause. Hentikan segera pertengkaran. Jangan bertengkar di tempat tidur. Hal itu akan merusak suasana tidur anda berdua. 

Jika berangkat tidur dengan suasana hati yang dipenuhi emosi, anda tidak bisa tidur nyenyak. Ritme istirahat anda terganggu. Buatlah suasana nyaman saat berangkat tidur malam, untuk menciptakan kualitas istirahat yang optimal. 

Maka sehebat apapun kemarahan anda kepada pasangan, jangan anda ekspose menjelang tidur malam. Segera fungsikan tombol pause saat itu juga.

  • Saat Konflik Mengarah Tindakan Destruktif

Saat pertengkaran suami istri terasa semakin memanas dan memuncak, bahkan mengarah kepada tindakan destruktif, segera tekan tombol pause. 

Hentikan segera pertengkaran. Jangan teruskan pertengkaran apabila mulai mengarah kepada situasi yang semakin memburuk. Jeda pertengkaran anda, ambil wudhu, tenangkan diri anda. 

Jangan izinkan diri anda dibanjiri emosi negatif yang mengajak anda semakin keras berkonflik dengan pasangan. Maka sehebat apapun kemarahan anda kepada pasangan, jangan biarkan mengarah kepada tindakan destruktif. 

Segera fungsikan tombol pause saat itu juga.

ilustrasi : familylifecanada.com
ilustrasi : familylifecanada.com
Kapan Melanjutkan Pertengkaran?

Menghidupkan tombol PAUSE, artinya melakukan jeda sejenak dari pertengkaran yang sedang terjadi. Pertengkaran belum selesai, konflik belum mendapatkan solusi, namun karena berada dalam situasi dan kondisi tertentu, maka suami dan istri harus tega melakukan jeda. Tombol pause difungsikan, sehingga pertengkaran berhenti sejenak.

Jika pause artinya mengambil jeda sejenak, lalu kapan pertengkaran bisa dilanjutkan? Suami dan istri harus mencari waktu dan suasana yang tepat untuk meneruskan pertengkaran tersebut, agar segera mencapai klimaks dan antiklimaks dalam bentuk solusi nyata. Ketika mereka tengah di dalam kamar atau di dalam rumah berdua saja, maka bisa meneruskan konflik yang tadi sempat dijeda.

Suami dan istri duduk berdua saja, dalam suasana tenang, tidak dikuasai emosi, tidak saling menuduh, tidak saling menyalahkan, tidak saling menyerang. Bicarakan baik-baik masalah yang tengah dihadapi. 

Berpikirlah positif dan konstruktif untuk menemukan jalan penyelesaian terbaik, yang bisa melegakan semua pihak. Jangan libatkan pihak lain dalam konflik anda, karena anda berdua harus bertanggung jawab untuk menemukan jalan keluar dari setiap masalah yang muncul dalam kehidupan berumah tangga.

Melanjutkan pertengkaran, wujudnya tidak lagi pertengkaran. Namun mengarah kepada antiklimaks. Suami dan istri secara sadar merancang proses menemukan solusi dari konflik yang tengah mereka hadapi. 

Gunakan pilihan resolusi konflik yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi saat itu, karena pada dasarnya pilihan resolusi konflik sangat dinamis, bisa berbeda sesuai corak konflik yang tengah dialami. Untuk mengingat kembali pilihan model resolusi konflik, silakan simak di sini.

Jika berhasil menyelesaikan konflik, maka pasangan suami istri telah memungsikan tombol STOP pertengkaran. Satu tema konflik sudah berhasil mereka selesaikan. Inilah pilihan yang paling ideal dalam menghadapi setiap konflik dan pertengkaran. 

Suami dan istri harus pandai memungsikan tombol stop di saat mereka mulai memasuki gelanggang konflik. Namun jika belum mampu menggunakan tombol stop, minimal harus pandai menggunakan tombol pause untuk menjeda pertengkaran.

Jika Tidak Menggunakan Pause

Jika suami dan istri tidak pernah menggunakan tombol pause dalam menyikapi pertengkaran, akibatnya akan sangat negatif. Mereka terbanjiri emosi, dan masing-masing akan terus menerus mempertahankan serta memenangkan egonya. Tak ada yang mau mengalah, tak ada yang berinisiatif mengakhiri atau menjeda pertengkaran. 

Konflik terekspose ke wilayah publik, sehingga berpotensi menyakiti dan melukai banyak pihak ---terutama anak-anak dan keluarga dekat seperti orangtua serta mertua.

Konflik akan semakin meruncing dan memanas, apabila pasangan suami istri tidak pandai memungsikan tombol pause. Terlebih saat mereka hanya pandai menghidupkan tombol play, sangat senang bertengkar, maka bukan keharmonisan yang mereka dapatkan, namun justru semakin menjauhkan dari harapan akan keindahan pernikahan. 

Konflik dan pertengkaran terekspose di sembarang tempat dan di sembarang waktu, karena pasangan suami istri tidak mampu memungsikan tombol pause pertengkaran.

Pandai-pandailah memfungsikan aneka tombol tersebut, karena harus digunakan secara tepat dan benar. Selamat pagi, salam Kompasiana.

Balai Belajar Masyarakat, Mertosanan Kulon Yogyakarta, 7 Agustus 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun