Bukan hanya berpikir akhirat dengan melalaikan urusan dunia. Manusia beriman selalu seimbang dalam perhatian, selalu proporsional dalam kehidupan. Visi surga inilah yang sangat profan, sakral, dan bisa menjadi pengikat yang kuat.
Pada pasangan yang mudah mengambil keputusan untuk bercerai di saat menghadapi kehilangan rasa cinta, patut dipertanyakan, memangnya dulu menikah untuk tujuan apa? Apakah menikah hanya untuk bersenang-senang saja?
Lalu apa yang menjadi ikatan berumah tangga mereka selama ini? Apakah hanya mengandalkan kehadiran rasa? Jika demikian, wajar saja jika rumah tangga menjadi rapuh, mudah terombang-ambing dalam ketidakpastian, sebagaimana fluktuasi dari rasa itu sendiri.
Namun, apabila menikah dengan memiliki tujuan mulia, tujuan yang ideal dan besar, yang disebut sebagai visi, maka pernikahan akan kokoh. Jika menikah dilandasi dengan niat yang ikhlas untuk beribadah, niat karena Allah, untuk melaksanakan syariatNya, maka kehidupan pernikahan akan sakinah.
Visi dan motivasi inilah yang bercorak kokoh dan profan. Tidak mudah berubah-ubah, karena berlandaskan kepada keyakinan iman. Bukan semata-mata soal rasa.
Maka rawatlah pernikahan dengan kekuatan visi dan motivasi. Ikat pasangan dengan kesamaan visi dan kekokohan motivasi. Jangan semata-mata mengandalkan hadirnya rasa cinta, karena kalaupun rasa itu sedang tiada, namun visi dan motivasi selalu anda miliki.
Mertosanan Kulon, 6 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H