Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bukan Hanya Pilpres dan Pileg, 2019 Juga Ada Pilsek

31 Januari 2019   23:27 Diperbarui: 2 Februari 2019   09:20 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: telegraph.co.uk

Pada tahun 2019 ini, kejadian penting di Indonesia bukan hanya Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Umum Legislatif (Pileg), namun ada kejadian lainnya yang sangat penting yaitu pemilihan sekolah (Pilsek) bagi putra-putri yang akan melanjutkan belajar ke jenjang berikutnya. 

Ada yang baru masuk ke Taman Kanak-kanak (TK), ada yang akan masuk bangku Sekolah Dasar (SD), ada yang akan masuk ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan ada pula yang akan masuk jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

Pada keluarga dengan jumlah anak banyak, bisa jadi di tahun 2019 ini akan memasukkan beberapa putra putrinya sekaligus ke berbagai jenjang pendidikan tersebut. Tentu terbayang kerepotan dalam teknis dan juga biayanya. Apalagi ada yang akan masuk jenjang perguruan tinggi. 

Nah, bagi orangtua yang anaknya sekarang kelas 6 SD, atau kelas 9 SMP, tentu harus mempersiapkan mereka untuk masuk jenjang SMP dan SMA. Di Indonesia, ada sangat banyak ragam pilihan model pendidikan di tingkat SMP dan SMA. Orangtua harus cermat dan tepat dalam mengambil keputusan soal pendidikan anak.

Oleh karena itu jangan hanya fokus bicara pilpres dan pileg sampai meghabiskan semua energi dan pikiran kita. Jangan larut dalam perdebatan soal pilpres dan pileg semata-mata, sampai habis semua waktu kita. 

Walaupun tentu saja hal itu sangat penting bagi bangsa dan negara Indonesia, namun peristiwa pilsek tidak kalah penting dianding pilpres dan pileg. Ingat, kualitas pendidikan anak-anak kita akan menentukan kualitas kepemimpinan masa depan Indonesia.

Mumpung saat ini masih ada waktu untuk merenung dan berdikusi, karena tahun ajaran baru akan mulai pada bulan Juli 2019 nanti. Bicarakan di rumah, musyawarahlah dengan penuh kelegaan tanpa harus ada perbenturan antara suami dan ustri atau antara orangtua dengan anak. 

Pikirkan masak-masak, pilih model pendidikan yang paling tepat bagi anak anda. Ingat, semua anak kondisi dan kecerdasannya berbeda-beda, maka perlu sentuhan dan keputusan yang tepat bagi setiap anak kita.

Mengapa Boarding School dan Pesantren?

Pada kurun waktu akhir-akhir ini, semakin banyak sekolah atau lembaga pendidikan dengan sistem boarding school didirikan. Bukan hanya di daerah perkotaan, bahkan merambah ke wilayah yang berkategori pelosok alias mblusuk. 

Dan uniknya, pilihan boarding school semakin banyak diminati masyarakat luas. Sangat banyak boarding school setingkat SMP dan SMA yang menampung siswa siswi dari berbagai wilayah se Indonesia, bahkan sebagian dari manca negara.

Dalam sistem boarding school, siswa siswi tinggal di asrama, seperti lazimnya di Pondok Pesantren tradisional yang sudah sangat banyak sejak zaman dulu kala. Bedanya, boarding school merujuk kepada kurikulum sekolah pada umumnya meskipun mengalami banyak penyesuaian, sedangkan Pondok Pesantren merujuk kepada kurikulum diniyah. Muatan dan suasana "agama" secara umum lebih kuat pada Pondok Pesantren dibandingkan Islamic boarding school.

Fenomena ini jika kita lihat dalam perspektif positif, menunjukkan semakin kuatnya kesadaran masyarakat modern perkotaan akan pentingnya lingkungan yang kondusif untuk tumbuhkembang dan pendidikan anak-anak. 

Saya sebut masyarakat modern, karena di kalangan mereka muncul kekhawatiran akan pola pergaulan dan pengaruh lingkungan yang tidak bagus, di sisi lain tetap ingin anak mereka layak diterima di perguruan tinggi favorit seperti UI, UGM, ITS, ITB, IPB dan sebagainya. Maka pilihan ke boarding school semakin kuat untuk anak mereka pada jenjang SMP dan SMA.

Tanggung jawab Tetap Pada Orangtua

Walaupun anak dititipkan pada boarding school atau pesantren, bukan berarti tugas, peran dan tanggungjawab orangtua menjadi hilang dalam proses pendidikan anak. Banyak orangtua rela mengeluarkan biaya yang mahal, karena ingin sepenuhnya menitipkan proses pendidikan anak-anak di lembaga pendidikan tersebut. Seakan-akan mereka tengah "membeli" proses dan hasil pembelajaran terbaik dengan biaya mahal tersebut.

Apalagi dengan sistem asrama, dimana interaksi dan komunikasi anak dengan orangtua menjadi sangat minim, membuat orangtua semakin merasa sah untuk memasrahkan sepenuhnya proses pengasuhan dan pendidikan karakter anak-anak mereka pada pihak sekolah atau pesantren. 

Padahal tanggung jawab utama atas pendidikan anak-anak tetap berada di pundak kedua orangtua. Guru, ustadz, sekolah, pesantren hanyalah pihak yang membantu orangtua dalam mendidik anak-anak.

Kesadaran seperti ini harus selalu dibangun pada semua orangtua. Bahwa anak-anak kita adalah amanah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, Sang Pemilik yang sesungguhnya. Sebagai orangtua kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang sudah diupayakan untuk anak-anak. 

Oleh karena itu, sebagai pihak yang mendapatkan amanah, kewajiban kita adalah menghantarkan mereka meraih sukses dunia dan akhirat. Namun karena orangtua memiliki banyak keterbatasan dalam mendidik anak, maka mereka meminta bantuan kepada lembaga pendidikan.

Kalau pun orangtua mendelegasikan sebagian tugas pendidikan anak pada sekolah, tidak lain adalah bagian dari tanggungjawab dan upaya kita untuk menjadi penghantar kesuksesan mereka di masa yang akan datang. Sadari sepenuhnya bahwa tanggung jawab orangtua tidak pernah bisa dilepaskan.

Ketika Harus Melepas Anak ke Asrama

Ada sangat banyak model pembelajaran untuk anak-anak kita. Sejak dari pilihan home schooling dimana anak belajar di rumah bersama orangtua, atau menyekolahkan anak di sekolah reguler, fullday school, hingga pilihan pesantren dan boarding school. 

Semua model ini harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi orangtua, serta disesuaikan pula dengan kecenderungan anak yang bersangkutan. Pilihan harus dilandaskan pada pemahaman dan kesadaran, bukan semata-mata ikut tren zaman.

Bagaimana semestinya sikap orangtua ketika melepas anak-anak mereka ke boarding school atau pesantren? Berikut beberapa rambu-rambunya.

Rumuskan Visi, Luruskan Motivasi

Kita tahu tidak mudah mendidik anak, apalagi di zaman cyber yang penuh tantangan serta godaan. Oleh karena itu, kita perlu merumuskan visi dalam dalam pendidikan anak. Mau diarahkan kemana mereka? Akan menjadi apa mereka? Orangtua harus kompak dalam visi pendidikan anak, agar anak tidak mengalami kebingungan dan disorientasi akibat ketidakkompakan orangtua.

Jika memilih boarding school atau pesantren untuk menjadi mitra dalam pendidikan anak-anak, apakah motivasi yang mendasar dalam pemilihan itu? Apakah semata-mata karena orangtua tidak mau menanggung kerepotan mengurus anak karena kesibukan, ataukah karena ingin mencetak anak menjadi bertaqwa dan berbudi mulia? Luruskan niat anda, jangan sampai bermotifkan "pembuangan" anak, karena di rumah sudah tidak bisa diatur dan dikendalikan. Menitipkan ke pesantren atau boarding school seakan bagian dari misi keputusasaan orangtua menghadapi kenakalan anak.

Pahami Visi dan Misi Sekolah

Ada pepatah, jangan membeli kucing dalam karung. Maka sebelum memutuskan untuk menitipkan anak ke boarding school atau pesantren tertentu, datanglah dan berdiskusilah dengan pihak pengelola sekolah. 

Pahami apa yang menjadi visi, misi, corak dan arah pendidikan di lembaga tersebut? Apakah sinergi dengan visi yang sudah anda tetapkan di rumah? Hal ini penting agar anak tidak mengalami kebingungan atau ketidakkonsistenan antara apa yang didapat di sekolah dengan harapan orangtua di rumah.

Ajak anak untuk melihat langsung ke sekolah, menengok kelas, ruang tidur, toilet, dapur, perpustakaan, masjid, dan lingkungan sekolah. Berkenalanlah dengan pihak yayasan, para pengelola asrama, serta para guru. 

Tanyakan dengan detail program pembelajaran yang ada di lembaga tersebut. Dengan demikian anda akan semakin yakin dan tenang untuk melepas anak ke lembaga tersebut, karena anda telah yakin akan kesesuaian visi dan misi sekolah dengan harapan anda sebagai orangtua.

Minta Pendapat dan Persetujuan Anak

Hal yang sangat penting dalam mengambil keputusan adalah meminta pendapat dan persetujuan dari anak. Jangan sampai anak merasa terpaksa karena menuruti keinginan orangtua. 

Jika semula anak merasa keberatan, cobalah dialogkan dengan tenang. Jangan ada paksaan, namun tumbuhkan kesadaran akan masa depan. Ajak anak berdiskusi tentang masa depan mereka dan bagaimana hal itu bisa diraih. Sampaikan tantangan dan peluang yang harus disikapi dengan tepat.

Jika anak sudah diajak melihat langsung wujud sekolah dengan lingkungan sekitar, ia akan memiliki gambaran tentang kehidupan dan pembelajaran di tempat itu. Kerelaan dan persetujuan anak untuk sekolah di lembaga tersebut menjadi modalitas sangat penting bagi keberhasilan anak. 

Jika anak menolak, sementara orangtua tetap memaksa, maka anak tidak akan optimal belajar di lembaga pendidikan tersebut, bahkan bisa jadi akan menjadi trouble maker. Dirinya merasa dibuang dari rumah, dan tidak mendapat kasih sayang dari orangtua.

Ikhlaskan, Jangan Baperan

Kadang dijumpai orangtua yang begitu baper saat melepas anak pergi dari rumah untuk belajar di Pesantren atau boarding school. Orangtua dengan standarnya merasa sedih saat berpisah dari anak, membayangkan betapa anak akan 'menderita' di asrama, karena makan apa adanya dan tidur di tempat yang sederhana. 

Pikiran dan perasaan seperti ini harus dibersihkan pada diri orangtua, karena masuk Pesantren atau boarding school adalah pilihan sadar yang sudah diputuskan bersama.

Wajar muncul rasa sedih dan kehilangan saat melepaskan, namun kuatkan diri dan ikhlaskan. Pasrahkan kepada Allah yang Maha Menjaga dan Melindungi. Insyaallah di asrama anak akan merasa nyaman jika diikhlaskan oleh orangtua. 

Kadang orangtua membayangkan berbagai kesulitan yang akan dihadapi anak, padahal anak memiliki kemampuan adaptasi yang sangat bagus dibandingkan dengan orangtua. Anak sangat cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, berbeda dengan orangtua yang relatif lebih sulit dalam penyesuaian diri.

Bekerjasama dan Selalu Berkomunikasi dengan Pihak Sekolah

Setelah yakin memutuskan untuk menitipkan anak belajar di boarding school atau pesantren, mintalah akses untuk bisa berkomunikasi dengan pihak sekolah. Tentu selalu ada meknisme membangun komunikasi yang konstruktif antara orangtua dengan sekolah. Hal ini juga untuk membantu pihak sekolah dalam mengenali dan memahami kondisi anak kita, karena orangtua lah yang paling mengerti tentang anak.

Jika dalam perjalanan pembelajaran terjadi suatu masalah pada anak, lakukan evaluasi dan introspeksi terlebih dahulu di rumah, sebelum mempertanyakan kepada pihak sekolah. 

Hendaknya orangtua dan pihak sekolah tidak saling menyalahkan, namun harus saling bekerjasama dalam upaya memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak. Saling memberikan informasi dan input yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. Tradisi ini harus terus menerus dijaga hingga anak selesai masa sekolah.

Menengok dan Mengetahui Kegiatan Anak di Asrama

Selama anak berada di asrama, ada waktu dimana orangtua boleh menengok anak. Manfaatkan waktu untuk menengok tersebut dengan sebaik-baiknya. Tunjukkan kepada anak bahwa anda sangat peduli dan selalu membersamai anak walaupun dari jauh. Tanyakan kepada anak kondisinya, perasaannya, situasi pembelajarannya, teman-temannya, guru-gurunya, lingkungannya, dan lain sebagainya. Tanyakan perkembangan ibadahnya, hafalan Qur'annya, aspek pemahaman pelajarannya, dan lain sebagainya.

Anak akan merasa bahagia dan tetap terjaga kedalaman ikatan dengan orangtua, apabila orangtua menyempatkan diri untuk menengok anak dan mengetahui kegiatan anak di asrama. 

Demikian pula pada saat anak diperbolehkan untuk pulang ke rumah, hendaknya orangtua menjemput atau memfasilitasi anak agar bisa pulang dan kembali berkumpul dengan keluarga selama beberapa waktu yang telah ditentukan pihak sekolah. Anak akan melepas kerinduan dengan suasana rumah dan anggota keluarga yang lain. Ini bisa menjadi energi tersendiri bagi anak.

Selalu Berikan Motivasi Kepada Anak

Selama anak belajar di boarding school atau pesantren, tetaplah memberikan motivasi kepada anak. Berikan dukungan dan dorongan agar anak semakin mandiri, beprestasi, serta bisa mencapai target-target pemeblajaran di sekolah. 

Misalnya terkait target hafalan Al Qur'an, berikan motivasi agar anak bisa mencapai target bahkan kalau perlu lebih dari target. Demikian pula dalam perilaku, standar akhlaq, dan target pembelajaran yang lainnya.

Pada saat anak mengeluhkan berbagai kondisi dan situasi di asrama, dengarkan dan tampung aspirasinya. Anda bisa meneruskan aspirasi tersebut secara bijak kepada pihak sekolah, tanpa terkesan protes atau menuntut. 

Di saat yang sama, anda harus tetap memberi motivasi kepada anak untuk bisa menjalani semua kondisi asrama maupun proses pembelajaran dengan gembira. Jangan melemahkan semangat dan motivasi anak, tunjukkan semangat dan antusiasme anda sebagai orangtua terhadap perkembangan anak selama di asrama.

Selalu Doakan Anak

Senjata yang sangat ampuh bagi orang beriman adalah doa. Jangan pernah lelah berdoa untuk kebaikan anak. Doa bukan saja bab permintaan dan permohonan kepada Allah, namun doa juga menjadi ikatan spiritual yang abadi antara orangtua dengan anak. Telah saya sebutkan pada bagian sebelumnya, bahwa doa orangtua untuk anak adalah doa yang mustajab. 

Dengan terus menerus memanjatkan doa kepada Allah, insyaallah anak akan menjadi semakin baik, semakin salih dan salihah, serta selalu terjaga komunikasi batin dengan orangtua walau terpisah tempat tinggalnya.

Demikianlah beberapa rambu-rambu bagi orangtua yang akan menitipkan anaknya untuk belajar di boarding school atau Pondok Pesnatren. Mumpung masih ada waktu untuk merancang pendidikan anak-anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun