Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Keluarga Bahagia, Pandai Mensyukuri dan Menikmati Hidup

20 Januari 2019   22:35 Diperbarui: 21 Januari 2019   12:48 3641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkadang, kita melihat ada orang yang tidak pernah memiliki beban atau masalah dalam kehidupan. Orang yang selalu tampak ceria bahagia. Kita menganggapnya sebagai orang hebat, yang tak punya permasalahan. 

Demikian pula, kita melihat ada keluarga yang tampak selalu harmonis bahagia, seakan tak pernah ada badai dalam kehidupan mereka. Padahal kondisinya belum tentu seperti itu.

Ketika kita melihat orang yang tampak selalu bersemangat dalam kehidupan, bukan berarti mereka tidak punya permasalahan. Ketika kita melihat orang yang tampak selalu bahagia dalam kehidupan, bukan berarti mereka tidak punya persoalan. 

Ketika kita melihat keluarga yang tampak selalu harmonis bahagia, bukan berarti mereka tidak punya pertengkaran. Namun, mereka adalah orang yang tak suka menceritakan berbagai kegetiran.

https://www.muslimamericansociety.org
https://www.muslimamericansociety.org
Mereka adalah orang-orang yang lebih suka berpikir positif, pandai mensyukuri hidup, dan pandai menikmati kehidupan. Mereka adalah orang-orang yang lebih suka mengeksplorasi hal-hal yang membahagiakan, ketimbang menumpahkan berbagai kesedihan. Mereka adalah orang-orang yang memilih untuk menjalani hidup dengan kebahagiaan, dibanding mengutuk berbagai kegelapan.

Belajar Menikmati Hidup dari Seorang Kakek
Saya pernah punya 'sahabat' di Yogyakarta, seorang Kakek tua penjual tape singkong keliling dengan sepeda kayuh. Hampir setiap hari ia lewat di depan rumah kontrakan saya ---ketika saya masih hidup mengontrak di Kota Jogja sekitar tahun 2002 -- 2005. 

Bahkan Kakek ini sering berhenti berlama-lama di depan rumah kontrakan, sampai saya keluar dan membeli tapenya. Saking seringnya bertemu, akhirnya kami sudah seperti sahabat.

Pantasnya ia menjadi bapak saya, melihat usianya. Sampai saya sering mengunjungi rumahnya yang sangat sederhana di daerah Berbah, Sleman. 

Menilik kondisi rumahnya, penampilan dan usahanya, tampak kalau ia hidup dalam berbagai keterbatasan, bahkan mungkin pula kesulitan. Sang Kakek tinggal bersama istri dan beberapa anaknya.

Rumahnya berdinding anyaman bambu, dengan genting kuno yang kecil ukurannya, serta lantai dari tanah tanpa ada tembok semen sama sekali. Jika musim hujan, selalu tiris, air masuk ke dalam rumahnya, dan membuat lantai rumahnya ditumbuhi rumput karena kerap tersiram air hujan. 

Di rumahnya tidak ada motor. Hanya ada satu sepeda kayuh yang ia gunakan untuk jualan tape keliling Kota Jogja.

Yang sangat mengagumkan bagi saya, ia lebih sering bercerita tentang kebahagiaan hidupnya sebagai penjual tape. Bukan bercerita tentang kegetiran hidup yang dialami. 

Bukan tentang kesulitan, kepahitan, atau kesedihan. Mungkin karena kegetiran itu sudah dirasakan setiap hari, maka menjadi tidak berasa lagi baginya. Yang lebih ia rasakan adalah kegembiraan, maka itu yang selalu diceritakan.

Ia selalu antusias menceritakan kegembiraan yang dirasakan ketika ada "orang-orang penting" membeli tape singkongnya, bahkan selalu mengulang cerita tentang seorang dokter yang berlangganan membeli tapenya. 

Sang Kakek tidak bosan mengulang dua cerita ini setiap kali bertemu saya, sampai saya menjadi hafal ceritanya. Sungguh kegembiraan yang luar biasa bagi Kakek, bahkan : kehormatan.

Contoh kegembiraanya seperti ini.

"Yang membeli tape saya itu orangnya bermobil. Mobil mereka bagus-bagus", cerita sang Kakek dengan wajah berbinar-binar saking bahagianya. Ia merasa bangga, bahagia bahkan terhormat, karena pembeli tapenya adalah orang-orang bermobil.

Saya bayangkan, mereka yang punya mobil belum tentu sebahagia kakek itu. Namun Kakek yang tidak punya mobil, justru merasakan kebahagiaan yang belum tentu didapatkan oleh para pemilik mobil. Begitulah cara ia mensyukuri dan menikmati hidup.

"Pelanggan tape saya itu ada pak Dokter. Dia selalu membeli tape saya. Kata pak Dokter, tape saya enak, mengandung banyak vitamin", ujar Kakek dengan mata berbinar-binar bangga. Ia merasa bahagia bahkan terhormat, karena pembeli tapenya adalah seorang dokter yang memuji tapenya.

Barangkali ia ingin berpesan, hidup itu terlalu indah untuk dikesali. Nikmati saja semua problematika dalam kehidupan, agar kita selalu bahagia walau penuh dengan keterbatasan, walau ada banyak permasalahan.

Keluarga Bahagia, Pandai Menikmati Kehidupan
Demikian pula dalam kehidupan keluarga. Semua keluarga pasti memiliki persoalan. Semua keluarga memiliki beban kehidupan. Tak ada keluarga yang tak memiliki masalah. 

Yang membedakan antara satu keluarga dengan keluarga yang lain, bukan terletak pada adanya masalah atau tidak adanya masalah. Yang membedakan adalah bagaimana sikap mereka terhadap masalah tersebut.

Ada yang suka mendramatisir masalah keluarga, hingga dibawa ke ranah medsos. Masalah akan tampak dramatik dan runyam, karena diumbar ke media. Ada yang tak pernah bisa keluar dari masalah, sehingga sepanjang kehidupan selalu dirundung masalah. Seakan masalah tak pernah ada habisnya.

Ada pula yang lebih memilih untuk mencari langkah nyata, menyelesaikan berbagai permasalahan. Mereka pandai mengelola dan menyelesaikan setiap permasalahan yang datang. Dengan cara ini, masalah akan teredam dan cepat mendapatkan penyelesaian.

Jika anda membuat syarat untuk bahagia, maka anda tak akan pernah mendapatkannya. Misalnya ada membuat syarat, "aku akan bahagia apabila masalah ini sudah selesai". 

Padahal ketika satu masalah selesai, akan segera bertemu masalah yang lain lagi. Begitulah tabiat kehidupan. Ungkapan motivasi "badai pasti berlalu", itu hanyalah sepotong kalimat. 

Masih ada potongan berikutnya, yaitu "dan pasti akan datang badai lagi setelah itu". Hanya saja potongan kedua ini tidak disukai manusia.

Maka syukurilah setiap karunia dariNya. Nikmati kehidupan berumah tangga dengan segala suka dukanya. Jalani dengan ketaatan terhadap petunjuk dariNya. Niscaya hidup kita akan selalu bahagia. Keluarga kita akan selalu bahagia.

Kediri, 20 Januari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun