Sebelas tahun sudah PPTQ Ibnu Abbas Klaten berdiri, mendidik 1.297 santri penghafal Al Quran, meluluskan sekian ratus alumni. Pondok ini hanya salah satu dari amal jariyah Ust. Sunardi, yang pahalanya akan terus mengalir. Di samping pondok, masih banyak lembaga pendidikan dan lahan dakwah lain yang beliau rintis.
Pemilik 9 cabang Pamela Swalayan ini juga adalah Ketua Dewan Dakwah Yogyakarta, Pengurus FUI DIY, Pengawas badan Wakaf UII, Pembina 7 Yayasan pendidikan Islam Terpadu, aktif dalam dakwah, mengisi pengajian dan berbagai kegiatan sosial keumatan. Saya beruntung berjumpa dengan beliau beberapa tahun lalu, saat pelantikan pimpinan Ibnu Abbas.
Sosok yang gagah itu memberikan ceramah dan nasehat yang meyakinkan dan menguatkan. Setelah itu saya bertemu beliau di kamar rumah sakit JIH. Dalam perjuangan melawan sakit itu, mata beliau tetap memancarkan semangat, wajah beliau penuh keteduhan, dan dari satu dua patah kata yang terucap ada suntikan nasehat yang menggetarkan.
Terakhir kali bertemu tanggal 19 Oktober lalu, di ruang rumah sakit JIH, dengan kondisi yang semakin melemah tapi tetap tersenyum. Ust Ali Ghufron, wakil direktur Ibnu Abbas, bercerita sekilas tentang perkembangan pesantren, ditutup dengan kalimat: “Ini semua jariyah panjenengan”. Tiba-tiba tampak butiran butiran air keluar dari mata yang penuh keteduhan itu. Suara beliau tercekat. Ya, kami hanya merintis apa yang dulu telah beliau awali. Dan kini beliau kembali kepada Allah, dzat yang selama ini namaNya ia perjuangkan.
Sekali lagi saya mendapatkan pelajaran bahwa Kematian adalah pembuktian; pembuktian cinta, keikhlasan, penghormatan, dan perjuangan. “Engkau dilahirkan oleh ibumu dalam keadaan terisak, sementara orang orang di sekelilingmu tertawa gembira, maka beramallah untuk suatu hari, saat orang orang menangisi kepergianmu, engkau kembali dengan tertawa bahagia”.
Umarulfaruq Abubakar
Testimoni 9 : Tantangan Pak Sunardi
Waktu itu, tanggal 9 Agustus 2011, di acara buka bersama dalam rangka Penggalangan Dana Masjid Nurul Islam, Sleman, Yogyakarta, ustadz KH. Sunardi Syahuri bercerita tentang seorang mahasiswi di Jawa Timur yang memutuskan untuk masuk Islam meski harus dengan pengorbanan yang besar. Termasuk harus mampu untuk hidup mandiri. Bahkan uang yang seharusnya untuk SPP ia relakan untuk infaq demi kepentingan syiar Islam.
“Nah, orang semacam inilah yang termasuk dalam golongan muallaf yang wajib mendapatkan zakat” begitu ulas pak Sunardi. Beliau memang sudah terbiasa menangani para muallaf. Beliau juga mengulas banyak pengalaman dalam menghadapi krisis iman di berbagai daerah.
“Harusnya kita bersyukur, ada sekolah Nurul Islam ini yang sangat rapi dalam penjagaan Islam anak-anak kita” Pak Sunardi menutup kisahnya. “Dari segi konsep sangat mantap. SDM gurunya juga tidak diragukan lagi perjuangannya. Cuma dari segi sarana masih butuh dukungan banyak pihak” begitu tambah Pak Sunardi.
Kemudian beliau menantang hadirin, siapa yang bersedia menemani beliau menyumbang 40 paket (1 paket = Rp. 50.000) untuk penyelesaian masjid Nurul Islam. Nah, dari tausyiah langsung masuk ‘lelang’ shodaqoh dan infaq pembangunan masjid. Tantangan pak Sunardi pun disambut hadirin. Dilihat dari banyaknya lembar kesanggupan yang dikumpul ke depan dan langsung dibacakan oleh Pak Sunardi Syahuri. 20 paket, 2 paket, 60 paket bahkan subhanallah ada yang memberi kesanggupan 200 paket.