Setiap kali beliau mengisi kajian dalam rangka pembangunan masjid, beliau selalu mengawali mengulurkan bantuan terlebih dahulu dari kocek beliau antara 1 - 5 jutaan untuk memancing jamaah ikut memberikan infaq di saat itu. Beliau juga menginfaqkan harta beliau untuk agama senilai dengan pemberian kepada anak beliau. Bila putra beliau tiga, yang keempat adalah untuk agama, bila putra beliau empat, yang kelima adalah untuk agama.
Beliau membentuk pengajian al-Muhtadin, pengajiannya para mualaf, beliau sering menghajikan mualaf dan karyawan yang terpilih.
dr. Muhammad Hasan Budi Santosa
Testimoni 4 : Istiqomah Memikirkan Dakwah, dalam Kondisi Sakit Parah
Sekitar tiga pekan sebelum wafatnya, saya dan suami berkesempatan menengok beliau di Rumah Sakit JIH Yogyakarta. Kondisi beliau saat itu sdh lemah, hanya bisa berbaring, untuk bicara dan menelan tampak kesulitan.
Kami sempat menunggu beberapa saat karena beliau harus minum supplement dengan dibantu Bu Nardi dan perawat. Kemudian, kami mendekat ke samping dipan sambil menguluk salam perlahan. Beliau menjawab dengan tersenyum lebar. Kalimat pertama yang beliau ucapkan sungguh tak terduga.
"Mas Wajdi, gimana kabarnya Indonesia Timur?"
MasyaAllah... Sudah sekian lama beliau tidak berjumpa dengan suami saya, tetapi dalam kondisi sakit parah beliau justru masih ingat dan memperhatikan amanah orang lain. Pembicaraan selanjutnya sama sekali tidak terkait dengan sakitnya. Beliau bercerita --dengan susah payah mengatur nafas-- tentang amanah-amanah titipan umat, tentang Dewan Dakwah, dan lain sebagainya.
Pak Nardi memang luar biasa. Badan beliau memang sakit, tapi pikiran dan hati beliau tetap utuh untuk dakwah. Semoga Allah mengalirkan semangat itu kepada putra putrinya dan juga kepada kita semua. Aamiin ya Allah.
Sativa
Testimoni 5 : Sugeng Tindak Pak Nardi