Masyarakat muslim di daerah Istimewa Yogyakarta, tentu mengenal pribadi da'i kharismatik yang satu ini. KH. Sunardi Syahuri. Jika ada yang tidak mengenal beliau, mungkin karena tidak rajin mengaji. Para aktivis Majelis Taklim, para aktivis dakwah, para pecinta ilmu, para santri, para takmir masjid, para panitia pembangunan sekolah Islam, para panitia pembangunan musholla dan masjid, para pegiat sosial kemasyarakatan di DIY dan Jawa Tengah, para jama'ah haji dan umrah, sangat mengenal sosok beliau.
Wajar, jika sejak kemaren Yogyakarta mendung dan berselimut duka. Beliau telah kembali menghadap ke hadirat Allah sang Maha Pengasih dan Penyayang, Ahad 11 November 2018, bertepatan dengan 3 Rabiul Awal 1440 H, pada pukul 16.38 Wib di Rumah Sakit JIH Yogyakarta. Dimakamkan hari ini, Senin 12 November 2018 / 4 Rabi'ul Awal 1440 H di Yogyakarta.
Mengenal Pribadi KH. Sunardi Syahuri
Beliau adalah da'i, ulama, ustadz, dan salah satu sosok pemersatu umat Islam Yogyakarta, juga bapak dari para aktivis dakwah di Yogyakarta. Beliau adalah sosok da'i teladan, yang ikhlas berjuang, dan sangat dermawan dalam memajukan kegiatan dakwah Islam di Yogyakarta dan sekitarnya. Beliau sosok yang tidak bisa diam ketika melihat masyarakat sedang menghadapi permasalahan.
Beliau datang menghadiri undangan memberikan tausiyah dan mauizhah hasanah di berbagai forum pengajian, sampai di pelosok desa. Beliau hadir sendiri tanpa bersedia dijemput ataupun diantar oleh panitia. Beliau tidak berkenan menerima "amplop" dari panitia usai mengisi suatu pengajian. Bahkan beliau aktif menyumbang untuk kegiatan dakwah Islam.
Pakde Nardi ---begitu kami akrab menyapa beliau--- adalah sosok pribadi yang hangat bersahabat dengan siapapun. Senyum selalu tersungging di wajah beliau, walau tengah dalam kondisi lelah. Akrab, bersahaja, sederhana, menjadi ciri penampilan beliau sehari-hari. Kecintaan beliau terhadap Islam dan umat Islam sudah beliau tunjukkan sampai akhir hayat beliau. Saya adalah salah satu murid beliau, sejak saya masih kuliah. Beliau guru saya, sekaligus sahabat di jalan dakwah.
Istri beliau, Noor Liesnani Pamella, adalah pengusaha supermarket Pamella yang tersebar di berbagai lokasi di Yogyakarta. Di sinilah salah satu "kelangkaan" figur seperti Pakde Nardi. Sosok da'i yang pengusaha sukses. Sosok da'i yang selalu memberi. Sosok da'i yang datang sendiri. Sosok da'i yang tak pernah lelah berbagi. Sosok da'i yang amal kebaikannya dirasakan sangat banyak kalangan masyarakat di DIY dan sekitarnya.
Untuk lebih mengenal jati diri Pakde Nardi, saya kutipkan beberapa testimoni dari para sahabat, yang beredar luas di grup-grup medsos.
Setiap orang baik dan salih dipanggil Allah, kita mendadak disadarkan bahwa ada ruang peran yang mendadak kosong. Ruang yang kosong itu sepertinya belum menemukan sosok penggantinya. Begitulah yang kami rasakan begitu mendengar kabar bahwa Pak Nardi dipanggil Allah, Ahad (11/11/2018) atau 3 Rabiul Awwal 1440 H.
Ruang peran yang selama ini diisi Pak Nardi seakan sulit tergantikan. Beliaulah bapak bagi para aktivis dakwah dan pegiat masjid di Yogyakarta. Beliau perajut ukhuwah di antara para pegiat dakwah. Beliau merangkul semua dan berdiri di antara para pegiat itu. Beliau sambangi desa-desa. Beliau prakarsai pendirian masjid-masjid. Beliau inisiasi pendirian banyak sekolah Islam. Rasanya, kebaikannya tak akan selesai untuk dikisahkan.