Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tetap Merana, Padahal Saling Mencinta

25 Agustus 2018   09:38 Diperbarui: 25 Agustus 2018   10:06 1344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya berharap, anda masih ingat konsep lima bahasa cinta, bahwa setiap orang bisa memiliki preferensi yang berbeda untuk merasa dicintai oleh pasangan. Jika sudah lupa tentang lima bahasa cinta, silakan cek di sini. Coba disegarkan lagi ingatan tentang bahasa cinta, supaya lebih nyambung dengan pembahasan yang akan saya sampaikan dalam postingan kali ini.

Ada hal penting yang ingin saya garis bawahi, mengapa penting bagi kita untuk mengetahui bahasa cinta pasangan. Apa yang terjadi, apabila seseorang tidak mengetahui bahasa cinta pasangannya? Oke, kita berhenti sejenak, untuk belajar satu studi kasus berikut ini.

Studi Kasus

Seorang istri mengeluh kepada konselor, pasalnya ia merasa tidak dicintai oleh suami. Ia menuduh suami tidak memperhatikan dirinya, dan tidak pernah mengucapkan kata-kata mesra, seperti I love you, dan kalimat pujian serta rayuan lainnya. Padahal saat dikonfirmasi, sang suami merasa sudah sangat banyak berkorban untuk istri yang sangat dicintainya. Demi cintanya kepada sang istri, ia membelikan rumah mewah, mobil, perhiasan yang mahal, bahkan sampai mengajak jalan-jalan ke Paris. Sudah sebegitu banyak yang ia lakukan, namun sang istri menuduh ia tidak mencintai istri.

Tiga Konsekuensi

Paling tidak, tiga konsekuensi berikut ini yang akan terjadi, apabila tidak mengerti bahasa cinta pasangan.

Pertama, Tidak Efektif 

Anda sudah banyak mencurahkan cinta dengan berbagai macam cara dan sarana, namun si dia merasa merana karena menganggap anda tidak mencintainya. Kondisi ini yang saya maksudkan sebagai tidak efektif.

Lihatlah betapa tidak efektif perlakuan sang suami dalam contoh kasus tersebut. Ia tidak tahu bahwa bahasa cinta sang istri adalah kata-kata apresiasi. Semua perlakuan dia, sepertinya menganggap bahwa bahasa cinta sang istri adalah hadiah. 

Pada orang yang bahasa cintranya hadiah, maka pemberian rumah mewah, mobil, perhiasan, itu semuanya sangat membahagiakan dan membuat dirinya merasa dicintai oleh pasangan. Namun pada orang yang tipe bahasa cintanya kata-kata apresiasi, maka ia lebih membutuhkan kata-kata untuk merasa dicintai.

Tentu saja semua orang senang mendapat hadiah, namun dalam hal bahasa cinta, setiap orang memiliki preferensi yang berbeda. Bagi orang yang tipe bahasa cintanya bukan hadiah, maka semua bentuk hadiah dari pasangan dilihat lebih sebagai ritual sebagai suami dan istri, bukan sebagai ekspresi cinta. Ia mengharapkan dicintai oleh pasangan sesuai dengan tipe bahasa cinta yang ia miliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun