Hal seperti ini sering menjadi kekhawatiran banyak kalangan suami. Psikologi Universitas Columbia, Kristina Marchant, yang menulis pada web "The Art of Loving a Man" menyatakan, lelaki menjadi tidak nyaman saat istri berubah menjadi ibu bagi dirinya.Â
Bagi kaum perempuan, perubahan ini tidaklah ia sadari sepenuhnya. Ia hanya menuruti naluri keibuan yang sedemikian kuat ada pada dirinya. Para istri ingin selalu menjaga suami, agar tidak melakukan tindakan yang bisa merusak kebahagiaan hidup berumah tangga.
Di sisi lain, menurut Allan dan Barbara Pease, kaum perempuan dikaruniai "insting pelacakan" pada bagian otaknya yang sangat berkembang, dan hal ini mendorongnya untuk melakukan berbagai upaya untuk mengetahui sisi-sisi kehidupan suami.Â
Bagi para istri, mengetahui sisi kehidupan suami adalah bagian dari bentuk perhatian dan cinta yang tulus terhadap suami. Ini yang membuat para istri tampak kepo, ingin tahu banyak hal dari kehidupan suami. Pada laki-laki, insting pelacakan tersebut kurang berkembang, hal ini membuat kebanyakan suami tampak cuek terhadap kehidupan sang istri.
Marchant menyarankan, memberikan cinta kepada suami bukan berarti memasukkan suami dalam daftar check list yang harus dikontrol istri dengan detail setiap harinya. Suami bukanlah anak kecil yang harus dikendalikan dan diatur kegiatan kesehariannya.Â
Mengendalikan dan mengontrol kegiatan keseharian suami membuat suami merasa tidak dipercaya, merasa tidak dihargai, dan bahkan selalu dicurigai. Padahal, yang dilakukan istri adalah untuk memastikan bahwa sang suami "baik-baik saja", tidak melakukan tindakan yang menyimpang dan berpotensi merusak keharmonisan hidup berumah tangga.
Selanjutnya Marchant menyarankan agar para istri menjadi perempuan yang mencintai suami dengan berbicara dan berinteraksi dengan ketulusan hati. Jangan menjadi perempuan yang cerewet, bawel dan mengontrol kehidupan suami.Â
Dengan sifat dan sikap seperti itu, istri telah berubah menjadi sosok ibu kedua bagi suami. Suami merasa kehilangan sosok istri yang mencinta, menyayang dan mempercayainya. Ia kehilangan sisi kelembutan dan kehangatan cinta seorang istri, berubah dan bergeser menjadi sisi kontrol serta kendali penuh dalam kehidupannya.
Ini adalah bagian dari "seni mencintai laki-laki" yang perlu dipahami oleh para istri. Dengan memosisikan diri sebagai istri, anda akan mendapat kecintaan penuh dari suami. Dan ingat, "apabila anda berhasil membahagiakan suami anda, maka ia akan bersedia melakukan apapun yang anda inginkan ---bahkan lebih dari itu".Â
Jadi, mencintai suami harus dengan seni, supaya hasilnya benar-benar seperti yang anda harapkan. Bukan dengan memperlakukan suami sebagai anak anda, yang selalu anda cemaskan keselamatannya, sehingga anda berlaku mengontrol dan mengendalikan kegiatan suami sepanjang hari.