"Ujian bagi seorang istri adalah ketika suami tidak memiliki apa-apa. Ujian bagi seorang suami adalah ketika dirinya memiliki semuanya".Â
Anonim.
Agar pernikahan selalu bahagia sepanjang waktu, Anda harus memiliki cara untuk mampu mencintai pasangan Anda tanpa henti. Mencintai pasangan Anda dalam setiap fase perjalanan kehidupan berumah tangga, baik pada saat sedang menghadapi situasi senang maupun di saat susah. Baik pada waktu lapang, maupun di waktu menghadapi kesempitan hidup. Saat tengah mencapai kejayaan, maupun ketika tengah terpuruk.
Untuk bisa menjaga rasa cinta kepada pasangan di sepanjang rentang kehidupan berumah tangga, pahami dan lakukan sepuluh prinsip berikut ini.
- Memberi tanpa berharap kembali
- Melayani tanpa berat hati
- Berkomunikasi tanpa menyakiti
- Mendengarkan tanpa menyela pembicaraan
- Mendoakan tanpa persyaratan
- Memaafkan tanpa mengungkit kesalahan
- Menjaga tanpa diminta
- Percaya tanpa syak wasangka
- Setia tanpa berpura-pura
- Tetap mesra tanpa batas usia
Pada postingan terdahulu, telah saya sampaikan prinsip pertama hingga prinsip kelima. Untuk postingan kali ini akan saya sampaikan kelanjutannya, yaitu prinsip keenam hingga prinsip kesepuluh. Semoga memberikan manfaat dalam upaya mencintai tanpa henti.
- Memaafkan tanpa mengungkit kesalahan
Semua orang punya kekurangan dan kesalahan. Maka maafkan pasangan tanpa dendam dan permusuhan, berikan maaf tanpa mengungkit lagi kesalahan yang pernah dilakukan. Sebagian orang salah memahami makna dari permaafan forgiveness. Mereka meletakkan kata maaf semata-mata dalam konteks 'benar salah' atau 'hitam putih'. Dampaknya, harus jelas terlebih dahulu siapa benar dan siapa salah, kemudian pihak yang salah harus meminta maaf kepada pihak yang benar; dan pihak yang benar memiliki opsi untuk memberi atau tidak memberi maaf.
Jika demikian makna dari permaafan, maka menjadi sangat sempit ruang cinta dalam hidup kita. Akan lebih indah memahami permaafan dalam bingkai cinta kasih suami istri, bahwa meminta maaf dan memberi maaf adalah bahasa cinta kasih yang tulus dan mendalam. Seorang suami atau istri yang mudah memberi maaf, bahkan bersedia memberi maaf tanpa pasangan meminta maaf dari dirinya, adalah tindakan yang sangat mulia dan akan membahagiakan dirinya. Dalam memberi maaf terdapat cinta yang sangat dalam. Dalam memberi maaf terdapat kekuatan yang sangat dahsyat.
Orang yang sulit memaafkan kesalahan pasangan, justru akan selalu dihinggapi perasaan tidak tenang dan tidak nyaman dalam kehidupan. Mungkin seseorang menyangka dirinya tengah menghukum pasangan yang bersalah dengan jalan tidak memaafkan, dengan jalan terus mengingat dan menyimpan memori tentang kesalahan pasangan. Namun sesungguhnya yang terjadi justru sebaliknya. Mereka bukan menghukum pasangan, tapi menghukum diri sendiri. Mereka berada dalam suasana tertekan oleh ingatan kesalahan pasangan yang menghantui dan tidak segera pulih kembali.
Memaafkan memiliki dua sisi yang tak terpisahkan; pertama merelakan yang merupakan pekerjaan 'normatif' hati; dan melupakan yang merupakan jenis pekerjaan otak. Pada saat yang sama harus terjadi dua pekerjaan sekaligus, yaitu merelakan dan melupakan. Jika sudah merelakan tetapi tidak melupakan, maka kesalahan pasangan akan terus diingat dan hal ini membuat semakin sulit untuk memaafkan. Maka maafkan kesalahan pasangan, tanpa diminta olehnya. Makin mudah memaafkan, makin besar ruang cinta yang anda sediakan untuk pasangan; dan pasangan akan semakin merasakan dalamnya cinta Anda kepadanya.
- Menjaga tanpa diminta
Adalah tugas suami untuk selalu menjaga istri, demikian pula tugas istri untuk selalu menjaga suami. Menjaga pasangan agar tidak terjatuh ke dalam kesalahan, penyimpangan, dosa dan kemaksiatan. Menjaga pasangan agar selalu setia dan terjauh dari gangguan dan godaan para penggoda. Menjaga pasangan agar selalu menetapi kebenaran dan menunaikan ketaatan. Menjaga pasangan agar selalu berbuat baik dan benar sesuai tuntunan agama. Menjaga pasangan agar bisa menetapi dan melaksanakan peran dalam kehidupan berumah tangga. Ini semua memerlukan kerja sama dan saling membantu dalam merealisasikannya.
Seorang suami wajib menjaga istri dengan cara yang lembut dan bijak, bukan dengan kasar dan cara paksa. Perempuan memerlukan pengertian dan pemahaman dari suami, yang apabila kebutuhan itu dipenuhi akan membuat dirinya nyaman bersama sang suami. Suasana kenyamanan dalam interaksi dan komunikasi akan menjadi modal yang kuat bagi suami untuk bisa menjaga istri dengan jalan yang lembut dan bijak. Ada kalanya, suami harus melakukan tindakan yang lebih tegas, apabila cara-cara lembut sudah tidak bisa memberikan pengaruh bagi sang istri. Dalam batas tertentu, ajaran agama bahkan membolehkan tindakan fisik apabila terjadi tindakan nusyuz dari istri.
Seorang istri wajib menjaga suami dengan cara yang baik dan bijak, bukan dengan cara paksa dan menggunakan ancaman senjata. Laki-laki merasa nyaman apabila mendapatkan kepercayaan dari sang istri, yang apabila kebutuhan itu didapatkan akan membuat dirinya semakin nyaman bersama sang istri. Apabila suasana interaksi suami istri sudah nyaman, akan memudahkan bagi sang istri untuk menjaga suami. Jika istri berlaku galak dan kasar dengan maksud membuat suami takut, hal ini tidak akan bisa efektif menjaga kebaikan suami. Ia hanya akan takut saat sedang bersama istri, namun akan menjadi liar dan tak terkendali saat jauh dari istri.
Maka jagalah pasangan Anda dengan cara yang dewasa dan bijaksana. Bukan dengan ancaman dan menakut-nakuti. Bukan pula dengan cara-cara overprotektif yang menyebabkan pasangan sangat terbatasi ruang gerak serta aktivitasnya, dan membuat dirinya kehilangan banyak potensi kebaikan. Menjaga pasangan tanpa harus diminta, menjadi bukti bahwa Anda benar-benar mencintai tanpa henti.
- Percaya tanpa syak wasangka
Suami dan istri harus saling percaya, tanpa syak wasangka. Cinta harus maujud dalam bentuk rasa percaya, yang membuat suami dan istri merasa tenang walau tengah jauh dari pasangan. Suami yang tidak bisa mempercayai istri, akan membuat dirinya merasa was-was dan gelisah, khawatir sang istri melakukan tindakan yang menyimpang dan tidak sesuai harapan. Jika situasi tidak percaya terus terjadi, akan melahirkan kecemburuan yang berlebihan dan tidak proporsional, begitupun berlaku sebaliknya pada suami yang tidak dipercaya istri.
Percaya tentu ada sebabnya, sebagaimana tidak percaya juga ada sebabnya. Rasa saling percaya bisa lahir dari sikap keterbukaan dan kejujuran dalam kehidupan keseharian. Jika suami banyak merahasiakan agenda kegiatan, atau istri banyak menutup diri dari suami, dalam jangka panjang hal ini berpotensi melahirkan ketidakpercayaan. Maka sikap saling terbuka dan saling jujur akan melahirkan saling percaya di antara suami dan istri. Manajemen kegiatan, manajemen informasi, manajemen keuangan antara suami dan istri harus didesain sedemikian rupa agar menimbulkan suasana saling percaya.
Rasa percaya juga muncul dari sikap mampu menjaga diri yang ditunjukkan suami dan istri selama ini. Jika suami tampak memiliki kesungguhan usaha dan kemampuan untuk menjaga kebaikan diri, akan lebih mudah menimbulkan rasa percaya pada istri. Demikian pula jika istri tampak memiliki kesungguhan usaha serta kemampuan menjaga kebaikan diri, akan lebih mudah memunculkan rasa percaya pada suami. Sebaliknya, ketika suami atau istri tampak sangat cair dan 'genit' dalam interaksi, tidak menunjukkan usaha menjaga diri, tentu akan lebih memudahkan munculnya rasa curiga dan tidak percaya pada diri pasangan.
Maka rasa saling percaya harus dibangun secara bersama-sama, dengan kredibilitas yang bisa ditunjukkan dalam perilaku benar, tidak menyimpang, tidak mudah larut dalam pergaulan, dan sikap-sikap keteguhan lainnya. Percaya yang mendalam kepada pasangan, akan melahirkan ketenangan dalam kehidupan. Percaya tanpa syak wasangka, adalah wujud nyata mencintai tanpa  henti.
- Setia tanpa berpura-pura
Perselingkuhan merupakan penyakit yang merusak dan menghancurkan banyak keluarga di Indonesia. Hendaknya suami dan istri memiliki komitmen untuk selalu setia dalam makna yang sesungguhnya. Bukan kepura-puraan, bukan menyimpan kebohongan, tapi setia yang dilandasi kesadaran sepenuh jiwa. Ada suami yang pura-pura setia, padahal ia menyimpan banyak dusta. Ada istri yang pura-pura setia, padahal ia melakukan pengkhianatan cinta. Kepura-puraan selalu ada batas masa. Kepura-puraan tidak akan bisa bertahan lama.
Saya sering mengibaratkan perselingkuhan seperti durian. Orang yang memakan durian, walaupun tidak ketahuan orang lain saat dirinya sedang makan durian, tapi akan dengan mudah diketahui setelahnya. Bahkan berhari-hari setelah makan durian, masih tetap ketahuan dari bau dan aromanya yang begitu kuat serta khas. Walaupun selingkuh mudah disembunyikan dari pasangan, tapi juga dengan demikian mudah akan terbongkar oleh pasangan. Hanya menunggu waktu, apakah terbongkar dalam waktu cepat ataukah lambat.
Kesetiaan suami dan istri selalu diuji dalam sepanjang rentang kehidupan. Ada suami yang setia kepada istri saat sang istri masih tampak segar dan cantik jelita. Kelak di saat istri mulai tidak lagi segar dan berkurang kecantikannya karena bertambah usia, kesetiaan suami benar-benar tengah diuji. Ada istri yang tampak sangat setia karena suami tengah kaya dan mencapai kejayaannya. Ketika ada masa dimana suami tengah terpuruk secara ekonomi, kondisinya bangkrut merugi, maka sang istri benar-benar tengah diuji apakah akan tetap setia.
Ada ungkapan yang menggambarkan ujian kesetiaan dalam kehidupan suami dan istri. "Ujian bagi seorang istri adalah ketika suami tidak memiliki apa-apa. Ujian bagi seorang suami adalah ketika dirinya memiliki semuanya". Di saat suami memiliki kekayaan dan kejayaan materi, sang istri benar-benar setia dan berbakti. Namun ketika suami kehilangan kekayaan dan kejayaan materi, sang istri mulai menunjukkan sikap yang sangat berbeda. Disaat masih miskin, suami tampak demikian setia dan bersikap sangat bertanggung jawab terhadap istrinya. Namun setelah menjadi kaya raya, ia tergoda untuk melakukan banyak hal yang selama ini tidak pernah dilakukannya.
Ada sangat banyak hal yang menggoda kesetiaan. Ada sangat banyak tawaran menggiurkan untuk berlaku tidak setia. Namun apabila cinta telah tertanam dalam jiwa, setia bisa dilakukan tanpa berpura-pura. Tetap setia dalam semua keadaan pasangan, apakah tengah jaya atau tengah tidak punya apa-apa. Tetap setia walau ada banyak bandingan yang tidak sebanding dengan pasangannya.
- Tetap mesra tanpa batas usia
Kemesraan suami dan istri sesungguhnya tidak berbatas masa. Sepanjang kehidupan manusia, kita bisa menikmati indahnya cinta, hingga akhir usia di dunia, bahkan hingga bertemu kelak di surga. Yang membedakan adalah ekspresi kemesraan di sepanjang rentang usia. Anak-anak muda mengekspresikan kemesraan dengan cara yang sesuai kemudaanya. Orang-orang tua mengekspresikan kemesraan dengan cara yang sesuai dengan ketuaannya. Kemesraan tidak berakhir dan tidak berujung, yang terjadi hanyalah perbedaan bentuk dan ekspresinya.
Pada pasangan pengantin baru, mesra itu artinya selalu bersama dalam semua kegiatan mereka. Suasana dimabuk cinta, romantic love yang sedemikian indah dan mempesona. Canda tawa cerita tiada habis-habisnya. Kegembiraan dan keceriaan yang tiada hentinya, mewarnai kehidupan mereka. Namun ini terbatas waktu. Sebuah studi psikologi menyatakan, masa romantic love kisaran waktunya adalah tiga hingga lima tahun saja. Setelah itu akan bergeser ke tahap-tahap berikutnya yang lebih nyata dalam hidup berumah tangga.
Pada pasangan yang telah menyelesaikan bulan madu atau romantic love, kemesraan tetap bisa dipertahankan dengan bentuk dan corak yang berbeda. Mesra itu artinya selalu berkomunikasi, selalu memiliki waktu untuk berdua, selalu bersedia menemani, selalu senang untuk menghabiskan waktu berkesan bersama pasangan, selalu ringan memberikan bantuan, selalu ingin tampil menyenangkan. Mesra itu artinya selalu merawat perasaan pasangan agar tidak tersakiti, agar tidak terlukai, agar tidak terzalimi. Mesra itu artinya menunaikan kewajiban, melaksanakan peran, dan menunjukkan tanggung jawab dalam kehidupan.
Pada pasangan yang sudah tua usia, mesra itu artinya selalu bersedia merawat pasangan. Situasi orang tua sering identik dengan sakit, obat dan rumah sakit. Jika pasangan tengah mengalami sakit, suami atau istri tidak bosan untuk menemani dan membersamai. Mengantar pasangan periksa ke dokter, membawa pasangan ke klinik atau rumah sakit, menjaga pasangan di saat dirinya berbaring lemah. Tentu ada anak-anak dan cucu yang siap melakukan itu semua, namun wujud kemesraan terhadap pasangan adalah dengan selalu merawatnya. Kesabaran membersamai pasangan di kala sakit, adalah wujud nyata kemesraan hingga usia tua.
Mungkin sudah tidak banyak canda tawa dan cerita pada pasangan usia tua, tapi bukan berarti mereka tidak mesra. Mereka tetap menunjukkan sikap kemesraan walau dalam diam yang mencekam. Tidak ada lagi kata-kata harus diucapkan. Semua cerita sudah tersampaikan bahkan sudah dihafalkan. Semua kalimat sudah terungkapkan kepada pasangan. Rasanya tidak ada lagi kata dan kalimat yang belum diucapkan, maka kini saatnya mereka menikmati diam. Walau hanya duduk berdua menikmati suasana, tanpa cerita, tanpa kata-kata, tapi pasangan orang tua mampu menangkap kemesraan tiada terkira.
Pada rambut yang sudah memutih, pada kulit yang sudah berkeriput, pada gigi yang sudah banyak tanggal, pada tubuh yang sudah lemah, pada wajah yang tak lagi elok dan tampan, pada pendengaran yang sudah tak lagi tajam, namun hati mereka bertautan dengan sangat kuat tak terpisahkan. Inilah kemesraan yang sangat mengesankan, real love dan everlasting love, pada pasangan usia tua, menjadi bukti nyata bahwa kemesraan tidak mengenal batas masa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H