Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keluarga Sakinah, Seperti Apa?

26 Agustus 2016   13:21 Diperbarui: 26 Agustus 2016   13:32 1846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang beranggapan bahwa keluarga sakinah itu adalah keluarga yang tidak memiliki permasalahan dalam kehidupan. Seakan-akan hidup dalam keluarga sakinah itu selalu tenang, damai, tanpa dilanda konflik, pertengkaran, permasalahan dan dinamika. Seakan-akan dalam keluarga sakinah itu tidak ada kemarahan dan emosi, tidak ada kata-kata yang meninggi, tidak ada situasi yang tidak dikehendaki.

Jika seperti itu cara memahami keluarga sakinah, tentu tidak ada keluarga yang bisa disebut sebagai sakinah. Karena dalam semua keluarga selalu dijumpai permasalahan, selalu ditemukan konflik, selalu ada pertengkaran, selalu ada dinamika. Tidak ada keluarga yang bisa membebaskan diri dari permasalahan, karena permasalahan adalah ekspektasi yang tidak bisa didapatkan, masalah adalah jarak yang terbentang antara harapan ideal yang diinginkan dengan realitas yang dihadapi saat ini. Maka semua orang hidup pasti memiliki permasalahan. Demikian pula denga keluarga. Selalu ada permasalahan, yang menandakan bahwa mereka adalah kumpulan manusia biasa.

Bermula Dari Sakinah

Jika memang dalam keluarga didapatkan suasana sakinah, berarti dalam keluarga itu terdapat ketenangan, ketenteraman, kenyamanan, kebahagiaan, kelegaan dan kedamaian. Ini semua merupakan modal dasar dan pondasi untuk menapaki kehidupan berumah tangga yang selalu penuh dengan dinamika. Selalu ada tantangan, selalu ada kekecewaan, namun juga selalu ada harapan. Saya ingin mengajak anda semua memahami, bahwa dalam keluarga yang sakinah juga terdapat konflik, juga terdapat pertengkaran, juga ada masalah, juga ada kekecewaan.

Pertanyaan berikutnya adalah, jika demikian, lalu apa perbedaan keluarga sakinah dengan keluarga yang gelisah? Apa beda keluarga sakinah dengan tidak sakinah? Nah, berikut beberapa kunci untuk memahami perbedaan itu.

1.Keluarga Sakinah Itu Mudah Keluar Dari Goa Masalah

Seperti telah saya sampaikan di depan, bahwa semua keluarga pasti memiliki permasalahan dalam kehdupan. Kecil atau besar, rumit atau mudah, berat atau ringan, itu hanya ukuran yang sangat relatif bagi semua orang. Dalam sebuah keluarga yang sakinah, mereka akan mudah keluar dari goa masalah. Segelap apapun goa itu, sedalam apapun masalahnya, seberat apapun timbangannya, keluarga sakinah selalu memiliki cara untuk menyelesaikannya.

Dalam keluarga yang tidak sakinah, setiap kali dihadapkan kepada masalah, selalu muncul kerentanan atau kerawanan yang membahayakan. Mereka tidak bisa keluar dari masalah dengan mudah. Mereka selalu merasakan berat setiap menghadapi permasalahan, walau sebenarnya hanya masalah ringan. Mereka disibukkan oleh aneka permasalahan kecil dalam kehidupan, higga waktunya habis untuk mencari penyelesaian.

2.Keluarga Sakinah Itu Mudah Mengendalikan Amarah

Manusia memiliki emosi yang mudah berubah-ubah situasinya. Kadang meledak emosinya karena mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan, atau melihat kejadian yang tidak diinginkan. Dalam keluarga sakinah, suami dan istri pandai mengontrol emosi. Pandai mengendalikan amarah, dan memiliki cara untuk melampiaskan kemarahan secara positif dan produktif. Dalam keluarga sakinah juga terjadi kemarahan, namun mereka pandai mengendalikan. Kemarahan tidak berubah menkadi petaka yang merusakkan semua bangunan keharmonisan dan kebahagiaan. Mereka mengerti cara pengendalian jiwa, sehingga kemarahan bisa disalurkan dengan cara yang dewasa dan bijaksana.

Pada keluarga yang tidak sakinah, mereka sulit mengendalikan emosi dan kemarahan. Setiap kali ada hal yang tidak disukai hati, selalu muncul caci maki. Ada suami yang biasa memukul istri, ada istri yang sering mencaci maki suami. Ada suami yang cepat melakukan kekerasan dalam rumah tangga, ada istri yang senang menyakiti hati suaminya. Kondisi tu menunjukkan ketidakmampuan mengelola emosi, ketidakdewasaan dalam mengelola gejolak jiwa.

3.Keluarga Sakinah Itu Mengutamakan Musyawarah

Ada hal-hal penting dalam kehidupan keluarga yang harus dihadapi dan disikapi dengan tepat dan kompak oleh suami dan istri. Misalnya tentang pendidikan anak. Bagaimana cara mendidik anak, dimana anak akan disekolahkan, akan dicetak menjadi manusia seperti apa anak-anak, hal-hal seperti itu menjadi sangat penting dan harus menjadi kesepakatan antara suami dan istri. Pada keluarga sakinah, mereka mengutamakan musyawarah untuk mendapatkan masa depan terbaik bagi anak-anak. Dalam berbagai hal yang penting dan strategis bagi keluarga, mereka mengutamakan musyawarah. Bukan mengambil sikap serta langkah sendiri-sendiri.

Berbeda dengan keluarga yang tidak sakinah. Mereka tidak bisa melakukan musyawarah. Suami dan istri bersifat tertutup, masing-masing melaksanakan agenda dan keinginanya sendiri. Tidak mempertemukan pendapat, tidak menyamakan persepsi, tidak menyatukan pandangan. Akhirnya anak-anak bisa menjadi korban, karena ayah dan ibu mereka tidak kompak dalam mengarahkan masa depannya. Tidak pernah ada musyawarah yang melibatkan semua anggota keluarga.

4.Keluarga Sakinah Itu Pandai Mengelola Rasa Gelisah

Dalam kehidupan berumah tangga, bisa muncul rasa gelisah yang dupicu oleh kecemburuan, atau kekhawatiran tertentu terhadap pasangan. Misalnya, seorang istri yang cemburu karena melihat suaminya asyik berkomunikasi dengan perempuan lain. Atau seorang suami yang cemburu karena menyaksikan sang istri menjadi fans berat dari lelaki temannya bekerja. Dalam keluarga sakinah, mereka pandai mengelola rasa gelisah ini, dengan melakukan tabayun atau recheck kepada pasangan. Mengkonfirmasikan perasaan, dugaan, dan kekhawatiran. Mengkomunikasikan kecemburuan kepada pasangan. Mereka saling terbuka untuk adanya konfirmasi seperti ini.

Pada keluarga yang tidak sakinah, perasaan gelisah ini sulit untuk diredam. Kecemburuan mudah meledak menjadi kemarahan dan dendam. Kecurigaan mudah berubah menjadi tindakan yang membahayakan diri dan pasangan. Rasa gelisah yang selalu dituruti dengan emosi, bukan dengan nalar sehat. Akhirnya menyewa ‘detektif swasta’ untuk menguntit kemanapun suaminya pergi, menyadap semua pembicaraan suami, memasang chip untuk memata-matai suami, yang itu semua memerlukan biaya besar dan tenaga yang ekstra. Rasa gelisah tidak bisa diselesaikan secara nyata dalam keluarga yang tidak sakinah.

5.Keluarga Sakinah Itu Selalu Berorientasi Jannah

Visi besar yang mengikat keluarga sakinah adalah jannah atau surga. Mereka memiliki visi yang besar, ingin mendapatkan surga dunia dan surga akhirat bersama seluruh anggota keluarga. Untuk itu, tindakan, tingkah laku dan perbuatan anggota keluarga, mengarahkan mereka untuk memiliki ciri-cici sebagai calon penghuni surga. Mereka bekerja sama sebagai sebuah tim yang saling menguatkan, untuk melakukan tindakan yang menghantarkan mereka menuju surga. Suami dan istri menjadi tokoh utama dalam keluarga, yang akan menginspirasi dan memotivasi anak-anak untuk menggapai suasana surga dunia, dan menggapai surga di akhirat kelak.

Berbeda dengan keluarga yang tidak sakinah. Mereka tidak memiliki kejelasan visi, karena sejak awal membangun keluarga tidak disertai dengan kesadaran untuk membangun jalan menuju surga. Lelaki dan perempuan yang saling jatuh cinta, lalu pacaran, lalu menikah, sekedar untuk melampiaskan kesenangan syahwat. Tanpa ada kesadaran Ketuhanan dalam langkah perjalanan kehidupan berumah tangga. Keluarga seperti ini mudah tersesat jalan, karena bahkan tidak mengerti arah yang akan dijadikan tujuan.

Demikianlah beberapa kondisi keluarga sakinah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun