“Tidak bisa, sepuluh kebanyakan”, jawab Abang penjaga.
Akhirnya kami berlima masuk ke dapur peracikan kopi.
Saya malah bingung mendapat pertanyaan seperti itu. Gelagepan.
“Kopi yang kuat dan enak. Tanpa gula”, jawab saya. Asal saja.
“Di sini memang tidak menyediakan gula Pak”, jawab mas Pepeng.
Ternyata di Klinik Kopi tidak disediakan gula, karena sang barista ingin kita menikmati rasa kopi asli. Bukan rasa gula. Bahkan slogannya, "Jangan ada gula di antara kita".
“Silakan pilih kopinya”, lanjut mas Pepeng sambil menunjuk beberapa wadah yang berjajar di depannya. “Kopi di sini rasanya sedikit kecut atau asam, karena disangrai sebentar saja. Tidak sampai gosong”.
Saya kembali bingung. Saya tidak mengerti harus memilih yang mana. Karena saya bisa menikmati semua jenis kopi.
“Ini yang baru. Dari Banjarnegara”, ujar mas Pepeng sambil menunjuk sebuah wadah kopi.
“Ini namanya Kopi Senggani. Dari petani yang saya temui di Banjarnegara”, ujarnya lagi.