Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Merdeka dari Penderitaan Rumah Tangga

17 Agustus 2016   07:11 Diperbarui: 17 Agustus 2016   11:40 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan berumah tangga, kita melihat ada sikap yang berbeda-beda antara satu keluarga dengan keluarga lainnya dalam hal menghadapi situasi krisis atau situasi darurat. 

Pada sebagian keluarga, mereka mudah sekali keluar dari situasi krisis tersebut dengan mudah dan cepat, namun pada keluarga yang lain tampak sedemikian berat dan payah, bahkan ada keluarga yang tidak mampu keluar dari situasi krisis. Ada banyak pribadi yang menderita dalam kehidupan berumah tangga.

Salah satu sebab yang bisa menjelaskan perbedaan itu adalah tingkat resiliensi (kelentingan) yang dimiliki oleh keluarga tersebut. Masing-masing keluarga memiliki tingkat resiliensi yang berbeda-beda, karena individu penyusun setiap keluarga memiliki kondisi internal maupun eksternal yang juga berbeda-beda. 

Semakin tinggi tingkat resiliensi seseorang atau satu keluarga, akan semakin cepat mengalami penyembuhan dan pemulihan setelah mengalami keterpurukan. Sebaliknya, semakin rendah tigkat resliensi mereka, semakin lama pula untuk mengalami pemulihan.

www.pinterest.com
www.pinterest.com
Resiliensi (Kelentingan) Keluarga

Resiliensi atau kelentingan adalah kemampuan individu atau komunitas untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah dan penderitaan yang terjadi dalam kehidupan. 

Resiliensi juga dipahami sebagai kemampuan untuk bertahan dalam keadaan tertekan, dan bahkan berhadapan dengan kesengsaraan (adversity) atau trauma yang dialami dalam kehidupannya.  Resiliensi juga kemampuan individu atau komunitas untuk mengelola perubahan (tantangan atau keberagaman hidup) untuk menjaga kesejahteraan mental.

Resiliensi bukanlah hal yang statis namun dapat berubah sewaktu-waktu seiring dengan perubahan situasi dan kondisi. Perubahan dalam kehidupan berumah tangga akan terus menerus terjadi, mengingat kondisi keluarga yang sangat dinamis. Tantangan akan datang silih berganti, persoalan akan selalu dihadapi. Maka memiliki resiliensi menjadi kebutuhan setiap keluarga.

Seseorang atau keluarga yang memiliki resiliensi tinggi, lebih mampu untuk menghadapi tuntutan perkembangan yang mereka alami dari sisi biologis, fisiologis, psikologis, dan sosial. Keluarga akan lebih mampu menghadapi situasi kemalangan, kenelangsaan, kesedihan, dan cepat pulih setelah mengalami keterpurukan. Mereka akan merdeka dari kesengsaraan.

Fungsi Resiliensi

Dalam kehidupan pribadi maupun keluarga, ada sangat banyak fungsi resiliensi. Diantara fungsi resiliensi adalah:

1. Menghindarkan Keluarga dari Penderitaan

Keluarga bisa saja menemui kesengsaraan atau masalah yang menimbulkan penderitaan dalam kehidupan. Oleh karenanya keluarga membutuhkan resiliensi untuk menghindar dari kesengsaraan dan penderitaan tersebut. Di antara cara yang dapat dilakukan adalah dengan menganalisa kondisi dan mengubah cara pandang menjadi lebih positif. 

Selain itu, bisa dilakukan dengan mengarahkan kehidupan keluarga agar dapat termotivasi, produktif, memiliki keterlibatan sosial, dan selalu merasa bahagia meskipun dihadapkan pada berbagai tekanan baik yang terduga maupun yang tidak terduga.

2. Memandu Keluarga untuk Melalui Situasi Sulit

Pribadi dan keluarga yang mempunyai resiliensi yang tinggi akan mampu memandu sumber daya dari dalam dirinya sendiri untuk mengatasi setiap masalah yang ada, tanpa harus bersikap negatif terhadap masalah tersebut. Daya resiliensi akan membuat keluarga mampu mengendalikan semua permasalahan dalam kehidupan dengan baik. 

Bahkan dalam kejadian penderitaan yang berat, keluarga bisa melakukan self-efficacy yaitu keyakinan terhadap diri sendiri bahwa dirinya dapat menguasai lingkungan secara efektif serta dapat memecahkan berbagai masalah yang ada. Keluarga akan terbimbing atau terpandu untuk melalui berbagai situasi dan kondisi sulit yang mereka alami.

3. Mempercepat Melakukan Pemulihan

Kadang keluarga mengalami persoalan yang sangat berat dalam kehidupan, sehingga diperlukan resiliensi yang lebih tinggi untuk menghadapi dan mengendalikan persoalan. Dalam situasi ketertekanan yang hebat, keluarga yang mempunyai resiliensi tinggi akan mampu kembali kepada kehidupan normal jauh lebih cepat daripada keluarga lainnya. 

Resiliensi membuat keluarga mampu kembali normal setelah mengalami keterpurukan. Bahkan bisa menjadi lebih baik dari kondisi semula. Oleh karena itu keluarga harus mengetahui cara mencari sumber bantuan yang tepat dan berhubungan dengan orang lain sebagai upaya untuk mengatasi persoalan yang mereka hadapi.

4. Mengembangkan Potensi Kebaikan

Selain berguna untuk mengatasi penderitaan dan kesengsaraan, atau menyembuhkan diri dari trauma, daya resiliensi juga berguna untuk mendapatkan pengalaman hidup yang lebih kaya dan bermakna dalam keluarga. Resiliensi membuat keluarga bisa berkomitmen untuk mendapatkan pembelajaran dan pengalaman baru, sehingga sekaligus bisa mengembangkan potensi kebaikan. 

Keluarga yang memiliki resiliensi tinggi akan mampu melakukan tiga hal dengan baik, yaitu: tepat dalam memperkirakan risiko yang akan terjadi; mengetahui dengan baik potensi diri dan keluarga; serta menemukan makna dan tujuan dalam kehidupan keluarga.

5. Memberikan Daya Tahan

Keluarga yang memiliki resiliensi tinggi cenderung akan memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap benturan. Saat menghadapi penderitaan dan kesengsaraan, keluarga mampu memiliki makna positif atas kondisi tidak menyenangkan tersebut sehingga tidak memberikan daya rusak terhadap keluarga. 

Bahkan hal-hal yang secara umum dipahami masyarakat sebagai negatif atau penderitaan, bisa dimaknai dan dinkmati sebagai sebuah pendewasaan dan penggemblengan. Ini yang membuat keluarga memiliki daya tahan terhadap berbagai guncangan.

Jika keluarga memiliki resiliensi yang baik, akan menyebabkan mereka mampu menikmati kebahagiaan dalam sepanjang kehidupan. Mereka akan merdeka dari penderitaan dan kesengsaraan, walaupun dihadang dengan jutaan permasalahan.

Selamat Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 71. Dirgahayu Indonesia. Bahagialah keluarga kita.

Merdeka !!!!!!!

Bahan Bacaan:

Diana Setyawati, Ph.D., Modul Resiliensi, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun